Kamis, 24 September 2015
memek sempit
Ngentot Pacar Memek Sempit
Enaknya Ngentot Pacar Yang Memeknya Masih Sempit Seperti Video Ini Serasa Mantap
Ngentot Pacar Memek Sempit
tante kesepian
namaku Wanda, umurku 21 tahun. Kata orang aku cantik, dan aku mengetahui hal itu, haha..
Tinggiku 160 cm dan beratku 52 kg,Ukuran Braku 34 C dan celana jeansku 28. Bentuk tubuhku nyaris sempurna, kenapa aku bilang nyaris karena kan tidak ada orang yang sempurna :)
Yah dengan segala kelebihanku ini aku merasa harus membaginya dengan sesama, itu lah kenapa aku suka berpakaian minim dan memamerkan tubuhku.
Umm apa ya sebutannya, ah ga penting yang penting kalian tahu maksudku kan?
Aku mengetahui kelainanku ini ketika duduk di kls 1 sma, waktu itu di kelasku mayoritas cowok. Sehingga cewek-cewek di kelas diperlakukan bagai Putri.
Tetapi di kelasku itu hanya ada 3 orang cewe yang berwajah lumayan, aku, teman sebangkuku Achie dan satu lagi aku ga begitu kenal dekat tapi kalau
ga salah namanya Nadia. Jadilah kalau pelajaran kosong atau istirahat cowok-cowok di kelas cari muka dengan aku dan Achie teman sebangkuku.
Entah kenapa aku merasa senang skali jadi pusat perhatian, jadi mulailah sedikit demi sedikit baju seragamku mengetat, dan rok ku memendek :)
Achie yang sedikit tomboy dan sudah punya pacar terkadang kalau istirahat langsung ngeloyor ke kelas cowoknya, sedangkan aku diam di kelas meladeni cowok2
kesepian itu.Namun keberanianku cuma sampai disitu saja.
Hingga sewaktu aku naik kelas 2 aku ikut ekskul cheerleaders sehingga aku makin2 jadi pusat perhatian. Cheerleaders yang kalau tampil selalu pakai baju ketat
dan rok mini. Sehingga aku pun semakin berani menampilkan diri, terkadang sampai basah vaginaku bila cowok-cowok yang menonton melihat dengan pandangan
yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.
Aku ingin menceritakan pengalaman beraniku sewaktu kelas 3 SMA, waktu itu hari sudah sore, anggota cheers baru selesai latihan, beberapa langsung pulang
dan beberapa lagi langsung mandi di ruang locker. Sedangkan aku memilih untuk bersantai di kelasku 3 IPS 3 yang berada di lantai 3 paling pojok.
Kelasku ini paling nyaman dibanding kelas-kelas lainnya, kelas ini satu-satunya yang memiliki 3 AC sekaligus, jadi lebih sejuk di kelas ini, selain AC
kelas ini juga paling besar dan punya fan juga. Pokoknya kelas paling enak deh, aku berlari dari aula lantai 2 tempatku berlatih ke lantai 3.
Sampai di kelas karena hari itu sudah hampir pukul 5, dan sepi banget, aku memutuskan untuk ganti baju disitu. Aku lepaskan celana pendek daleman rokku
dan juga kaosku yang sudah basah oleh keringat. Aku lupa tidak membawa baju ganti, jadi kuputuskan untuk memakai baju seragam putihku.
Tapi sebelum aku berganti baju aku tidur-tiduran di atas meja, tepat dibawah fan untuk meng"adem"kan badanku. Latihan cheers tadi menguras keringatku
jadi seluruh tubuhku basah. Aku hanya memakai rok cheers yang pendek dan celana dalam g-string warna hitam serta Bra hitam mini, aku tidur-tiduran di atas meja
sambil sesekali mengelap tubuhku dengan handuk kecil, tetapi ternyata aku kecapean hingga ketiduran. Tiba-tiba aku dengar pintu dibuka, aku tersentak kaget
dan kulihat si ganteng Evan anak IPA itu memasuki kelas, aku melirik jam ternyata aku ketiduran 20 menit. Bukannya aku mencoba menutupi tubuhku tapi malah
aku pasang posisi menggoda dan pura-pura tertidur. Evan si ketua osis itu melongo melihatku seperti itu. Namun perlahan tapi pasti Evan malah mendekatiku.
Evan mencoba memanggil namaku, nampaknya ingin membangunkan atau hanya ingin mengecek saja. "Wan.." seru Evan pelan. Aku pura-pura tertidur sambil mengganti posisi
lebih menggoda lagi, tanpa kusadari sudah basah vaginaku melihat evan melongo memandangiku. Evan menyentuh pelan tanganku untukmembangunkanku
namun aku diam saja. Evan pun memegang perutku namun aku masih pura-pura tertidur. Sampai Evan menyentuh payudaraku pelan, aku malah mendesah namun tetap tertidur
akhirnya evan memberanikan diri meremas payudaraku, lagi-lagi aku mendesah saja. Evan menurunkan tali Braku dan menarik Braku turun hingga ke perut.
Buah dadaku terpampang dengan jelas, dan putingnya yang mengeras sudah tegak berdiri. Evan meremasnya lagi, kini aku pura-pura agak tersadar.
Evan kaget dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri, namun aku masih ingin menikmati permainan ini sehingga aku merubah posisi menjadi menyamping.
Rok cheersku yang pendek terangkat, sehingga pantatku terpampang di hadapan Evan. Aku mengenakan g-string jadi Evan bisa melihat jelas bongkahan pantatku
Evan meremasnya, aku sangat menikmatinya, aku yakin vaginaku sudah sangat basah. Evan lalu berpindah berdiri, sehingga ia berada di hadapan payudaraku.
Ia meremasnya lembut dan tangan satunya meremas pantatku. Aku masih pura-pura tertidur, nampaknya evan tahu aku pura-pura, karena aku terkadang mendesah pelan
tiap kali ia menyentuhku. Nampaknya Evan sudah tidak tahan, aku bisa melihat "adek"nya sudah sangat keras dibalik celana abu-abunya, karena berada tepat di depan wajahku.
Aku pura-pura mengganti posisi dan menyebabkan wajahku menempel pada "adek"nya, Evan menggesek-gesekan adeknya itu, dan tiba-tiba saja tanpa disangka-sangka
Evan menarik g-string miniku hingga putus. Dan ia memukul pantatku, ah diperlakukan seperti itu tidak mungkin aku pura-pura tertidur, jadi aku bangun dan dengan panik
aku tutupi dadaku. "Evan, mau ngapain lo!" bentakku, Evan hanya tersenyum saja dan dia berkata "Engga tadi laporan osis ketinggalan.." lalu ngeloyor pergi, aku terduduk di meja
membenahi Braku itu, namun Evan balik lagi, aku langsung panik menutupi payudaraku lagi Evan berkata "Umm btw, nice boobs u have.." lalu pergi lagi, aku hanya
tersenyum tersipu ketika Evan pergi, entah kenapa aku merasa horny sekali sewaktu dia memujiku. Ketika aku sedang tersenyum Evan balik lagi dan memergoki ku sedang
tersenyum tersipu..lalu dia berkata lagi "haha..lo seneng ya?, ah..nice butt too" lalu dia pergi lagi. Aku senang bercampur malu saat itu.
Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 6, karena ga ada celana dalam lagi, aku pulang hanya menggunakan rok cheers tanpa celana dalam.
Rupanya tanpa aku sadari kaos bekas cheers tadi yang basah aku letakkan di atas seragam putihku, sehingga seragam putihku
itu ikut-ikutan basah. "Wah kebetulan, its show time!" kataku dalam hati, aku lepaskan Bra hitam miniku, dan pulang mengenakan seragam sekolah putih
yang basah dan rok cheers yang mini tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku menatap cermin yang ada di kelas itu, putingku yang masih mengeras
tercetak jelas di seragam putihku yang ketat dan rok cheers itu sangat pendek sekali, bila aku membungkuk sedikit saja, pasti orang-orang bisa melihat bokong indahku.
"Sempurna" bisikku pada diriku sendiri. Aku bergegas pulang, ketika aku melintasi lapangan masih ada anak-anak kelas 2 sedang bermain basket, dan bola itu
memantul dekat tmpku berjalan. Cowok-cowok itu meminta tolong aku mengambil bola basket itu, aku tersenyum manis, membelakangi mereka dan dengan pantat menghadap mereka
aku membungkuk mengambil bola itu, cowok-cowok kelas 2 itu langsung terdiam, mereka dapat melihat jelas pantat mulusku, bahkan vaginaku bila mereka
lebih teliti lagi. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 detik-an dan aku berbalik badan melempar bola basket itu. Mereka hanya tersenyum saja
ketika aku berbalik badan dengan wajah "tak tahu apa-apa".
Aku pun pulang naik mikrolet, untung saja langsung kudapatkan begitu aku keluar sekolah. Di mikrolet itu hanya ada 1 anak kuliahan *mungkin* dan 2 orang bapak-bapak
aku sedikit menyesal karena di mikrolet itu tidak ada yang mukanya oke punya. Ketika memasuki Mikrolet aku agak membungkuk, pastilah pantatku itu terlihat jelas, pikirku
dalam hati. Aku duduk di pojok, di depanku 2 orang bapak-bapak itu, aku duduk agak menyamping, namun tmp duduk mikrolet itu terlalu pendek. Dudukku jadi seperti berjongkok
aku tutup kakiku rapat-rapat, tapi pasti pahaku bisa terlihat jelas oleh bapak-bapak itu. Aku pura-pura tidak tahu, anak kuliah itu pasti tadi sudah melihat pantatku waktu aku masuk tadi
karena ia duduk dekat pintu, sekarang bapak-bapak ini menatapku dari atas sampai bawah. Entah kenapa aku horny sekali ketka mereka memandangiku seperti itu, jadilah aku mulai berulah
aku memutir2 kancing kedua baju seragamku, lalu perlahan, dengan wajah tidak melihat bapak-bapak itu aku melepaskan kancing keduanya. tanpa melepas kancingpun mereka sudah bisa
melihat payudaraku secara jelas aku pikir, namun karena hari itu sudah gelap, dan lampu mikrolet remang-remang mungkin putingku tidak terlalu tercetak. Aku mendengar bapak-bapak itu
menahan nafas waktu aku melepaskan kancing nomor dua itu dengan seksi. Kini aku semakin berani, entah kenapa dorongan untuk berbuat lebih ada dalam diriku. Aku pun tidak lagi memiringkan
badanku, tapi menghadap lurus ke bapak-bapak itu, sehingga sekarang mereka bukan saja melihat payudaraku dari samping, tapi dengan jelas dapat melihat belahan dada dan separuh payudaraku
apalagi putingnya tercetak jelas disitu, aku tersenyum menggoda kepada mereka, dan mereka balas tersenyum.
Asal kalian tahu, kancing bajuku hanya ada 4, jika sudah terbuka 2, berarti sudah separuh dari bajuku terbuka. Aku memilin2 kancing nomor 3, aku melihat anak kuliahan itu begeser mendekat,
tak ingin ketinggalan pertunjukan rupanya. Aku memilin-milin kancing nomor 3 dan perlahan ku buka pahaku..aku yakin vaginaku yang basah dapat terlihat.
Aku membukanya sedikit saja, tanganku yang satu memilin-milin kancing baju nmor 3 dan satunya mengangkat rok-ku perlahan-lahan.
Ketika aku ingin melepaskan kancing nomor 3, aku mendengar seseorang memanggil. Aku menghentikan kegiatanku, nampaknya mereka kecewa. Aku menoleh ke belakang, rupanya Evan dalam mobil Jazznya
waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah. Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku
membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit. Lalu aku mengetuk mikrolet tanda aku ingin turun. Sebelum turun aku tulis nomor tlpku di tangan salah satu bapak itu
entah apa maksudku, mungkin agar aku dibiarkan turun, mereka melepaskan pahaku. Aku menyiapkan uang receh lalu bergegas turun. Namun sewaktu turun aku sengaja membungkuk dengan belebihan
sehingga pantatku terlihat semua, lalu aku rasakan tangan-tangan mereka mencubit dan memegang pantatku, aku membayar mikrolet dan sempat berkata. "Udah dulu ya live shownya" sambil tersenyum menggoda
mereka hanya tertawa-tawa saja.
Aku berlari menuju mobil Evan, dan langsung duduk di depan. Rokku tertarik naik sewaktu aku duduk buru-buru. Evan tersenyum ia bilang "Da..body lo oke banget..di rawat ya", eh agak canggung aku tp aku
pura-pura cuek dan menjawab "thx, iya emang gw care banget sama body gw", suasana hening sejenak, "Da, mau makan dulu ga, lo pasti laper abis latihan cheers" suara Evan yang berat itu memecah keheningan
aku cuma mengangguks aja, "eh tapi bayarin yah, gw ga ada duit" kata ku tiba-tiba, "Beres, tapi ada imbalannya ya" jawab Evan sambil tangannya berpindah ke pahaku, dan membelainya. "Eh..iyaa.." jawabku
pelan menikmati sentuhannya, kami menuju ke Chitos, namun aku ingat kalau di Chitos ga boleh masuk pakai seragam. Maka aku sempatkan ganti baju di parkiran, dengan kaos bekas latihan tadi, sudah bau keringat
tapi gimana lagi, sewaktu aku ganti baju Evan menciumku dan meremas dadaku lembut, aku membalasnya tapi hanya sebentar saja karena aku blg "Van, makan dulu yu, macem-macemnya nanti aja de" kataku tersenyum
manja. Evan melongo waktu dia sadar baju apa yang kukenakan. "Lo yakin Da mau pakai baju itu?" kata Evan berusaha meyakinkan diri, "iya emangnya kenapa.." jawabku cuek. Haha..baju itu sudah tidak lagi menutupi
apa-apa, kaos itu berdada V rendah berwarna putih polos, bahannya sangat tipis karena itu kaos untuk latihan, sehingga tidak membuat badan panas. Dan kali ini ditambah dengan basah, lekuk tubuhku dan bayangan putingku
tercetak jelas. "Udah la van cuek aja.."kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. "Kecuali kalo lo malu.." sambungku, "ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?"
jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja. Kami makan di Izzi Pizza, sewaktu kami makan aku tak luput dari pandangan orang-orang, ya cewe ya cowok, dan pandangannya macem-macem, ada cewe yang jealous
ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka
pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.
Waktu sampai di mobil, Evan langsung menyergapku, menurunkan kusiku hingga tiduran, mencium bibirku dengan nafsunya dan langsung menarik payudaraku keluar dari bajuku melalui kerah V yang rendah itu, ia langsung menghisapnya
keras-keras dan jarinya mulai mengelus-elus vaginaku, vaginaku sangat basah, daritadi aku merasa horny banget dengan segala kelakuan gilaku, aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga jari-jarinya lebih leluasa membuaiku.
Evan makin liar, kini jari-jarinya mulai disodok-sodok ke vaginaku, aku benar-benar terbuai, sebenarnya kaca mobil Evan termasuk 95% gelap, namun tidak dengan kaca depannya. Kaca depannya bening sebening aquarium, sehingga siapapun yang melintas pasti bisa melihat perbuatan kami, namun kami parkir agak jauh dan hari itu hari sekolah, sehingga Chitos tidak begitu ramai. Aku naikkan kakiku ke atas dashboard, dan membukanya lebar-lebar, namun tiba-tiba aku melihat seorang satpam memergoki kami dari kaca depan, aku pura-pura tidak tau saja, malah membalas ciuman evan dengan ganas, Evan pun makin liar mengelus-elus klitorisku dan mulutnya masih tetap di buah dadaku yang montok itu.
Satpam itu disitu sekitar 4 Menit, menonton kami hingga akhirnya ia mengetok kaca sebelahku, Evan terlonjak kaget dan ingin segera tancap gas, karena daritadi mobilnya sudah menyala. Namun aku memegang tangannya dan malah
membuka kaca itu, payudaraku sebelah masih keluar dari kerahku, dan rokku masih terangkat memperlihatkan vaginaku dengan bulu-bulu halus yang rapih. Satpam itu nampaknya kaget, namun denga sigap aku pegang tangan satpam itu
dan menaruhnya di payudaraku, tangan itu begitu kasar, berbeda dengan tangan Evan, Satpam itu diam tak berkutik, "Bapak mau ini kan.." kataku sambil menuntunnya meremas-remas payudaraku. Aku merasakan sensasi luar biasa, hingga
mendesah-desah sendiri, Evan menonton kelakuanku hingga melotot. Satpam itu terlihat sangat menikmatinya, namun tiba-tiba aku berteriak "Van gas sekarang!!", Evan dengan panik langsung menginjak gas dan pergi dari situ.
Lalu Evan dan aku tertawa-tawa heboh, "Gila ya lo da, gw ga nyangka lo seliar itu" kata Evan, aku tersenyum menggoda, merapatkan tubuhku yang payudaranya masih mencuat keluar, dan berkata "Mau yang lebih liar.."
Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya "Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?" katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, "Da serius, kalau bener bisa dibayar..." evan menghentikan kalimatnya "Kenapa lo mau bayar gw?" kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, "Van..buat lo gratis.." jawabku cuek. "Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?" tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
"Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee" jawabku lagi, Evan melotot, "Beneran?" tanyanya ga percaya, "Mau bukti..?" tantangku, Evan diam saja, "Ini kan sekarang kita mau buktiin" jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.
Akhirnya kami sampai di sebuah rumah besar banget dibilangan Cilandak, ga jauh dari Chitos. Waktu hampir sampai Evan memintaku membenarkan pakaianku. Dan memintaku mendoblekan bajuku dengan baju seragam tadi, supaya tidak terlihat
mencolok. Benar saja 2 satpam langsung membukakan pintu, Evan langsung memasukin garasi. Dan mematikan mobilnya, waktu itu sudah hampir pukul 9, aku pun turun dari mobil, dengan pakaian yang lebih rapih. Tersenyum pada satpam itu, satpam itu
bertanya pada Evan "pacar baru den?" Evan hanya menjawab "Yoi donk pak!" sambil menggandeng tanganku masuk. Rumah itu besaaar banget, tapi sepi ga ada orang, "Van pada kemana.." kataku pelan, "Nyokap udah meninggal waktu lahirin gw, bokap..
tinggal dirumah istri barunya, gw sendirian deh.." jawabnya singkat. "Ah udahlah yuk masuk.." kata Evan sambil menarik tanganku masuk ke kamarnya. Evan segera menutup pintunya dan menciumku dengan liarnya, tangannya segera menjelajah semua
tubuhku, dalam posisi berdiri dia angkatnya rokku dan diremasnya pantatku. Namun tiba-tiba Evan berhenti, "Da, lo nginep sini aja ya, blg sama nyokap lo gih" katanya sambil melemparkan hpnya. Lalu aku meminta Evan menyalakan CD playernya dengan
lagu-lagu hiphop "Ma..wanda ga bisa balik nih, masih latihan cheers" teriakku disela-sela musik yang kencang itu, "Oh iya-iya itu apa sih dibelakang berisik amat" kata mama balas teriak "Anak-anak lagi latihan ma, mungkin kalau kemaleman Wanda nginep
rumah temen ya ma" jawabku lagi, mama hanya bisa menyetujui saja.
Selesai menelepon aku melihat sekeliling, tidak ada Evan, tiba-tiba Evan keluar dengan baju handuk putih, dan menarikku masuk ke kamar mandi. "Mandi dulu, lo bau asem" katanya sambil cengengesan, aku hanya bisa menurut saja.
Di kamar mandinya ada whirlpool, seperti jacuzzi, sudah dituang shower bath sehingga berbusa-busa, Evan melepas seluruh bajuku dan menggendongku masuk ke jacuzzi itu. Evan memandikanku dengan sangat lembut. Ia membelai seluruh jengkal tubuhku
tapi dengan lembut sekali, berbeda dengan ketika di mobil tadi. Evan menarik tubuhku keluar dan menyuruhku berdiri dibawah shower, ia menyalakan air hangat dan membiarkanku membilas diri. Evan yang sudah tanpa busana itu memelukku dari belakang
"adek"nya menyentuh pantatku, ditekan-tekannya adeknya itu, lalu Evan meremas payudaraku dari belakang, sambil tetap ditekan-tekan penisnya ke pantatku. Nafsuku bangkit, dibawah guyuran air hangat dari shower, Evan menciumi pundakku, dan leherku
terkadang dijilatnya telingaku, membuatku bergetar-getar tersengat dengan birahiku. Aku membalikkan badan, dan mencium Evan, kami berciuman lama sekali, aku sudah horny sekali, ingin rasanya meminta Evan memasukkan penisnya, namun aku malu.
Lagi-lagi Evan menghentikan aksinya, ditariknya tubuhku lalu dikeringkan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku diperlakukan bagai Putri. Evan lalu mengeringkan tubuhnya sendiri lalu menggendongku ke tempat tidur. Ia menindihku dan menciumku
lidah kami berpangutan, terkadang Evan menghisap bibirku, tangannya meremas lembut payudaraku, terus ke perutku dan lalu sampai di vaginaku. Di gesek-gesekkan perlahan jarinya di klitorisku, aku mendesah tidak karuan, Evan lalu menurunkan bibirnya
menjilati leherku, pundakku lalu ke payudaraku, di gigit-gigit lembut putingku, sambil tangannya terus bergerilya di vaginaku. Aku memeluk Evan lalu berguling. Aku cium Evan dari bibir, dada, perut sampai ke penisnya. Penisnya besar dengan panjang hampir 20 cm
dan diameter yang besar pula. Aku terbayang ngeri memasukkan benda itu ke vagina perawanku. Aku menjilati penis Evan, tiba-tiba Evan memegang kepalaku dan mendorongnya, sampai tersedak aku, benda itu tidak bisa masuk semua ke dalam mulutku
aku bermain dengan penis Evan sekitar 10 menit, ketika tiba-tiba Evan membalikkan badannya hingga posisi 69, aku diatas. Evan menjilat vaginaku pelan, aku langsung mengejang, ini pertama kali aku dijilat di vagina. Tangan evan sesekali menyodok-nyodok
vaginaku, sambil lidahnya disentil-sentilkan ke klitorisku. Aku benar-benar terbuai oleh nafsuku.
Aku sampai memohon pada Evan agar ia segera memasukkan penisnya, "Van, please van.."hampir nangis aku dibuatnya. Evan membuka pahaku lebar-lebar, dan mengarahkan penisnya ke vaginaku yang sangat basah itu.
"Aaashh.."desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, "Sshhshh.."Desahku antara sakit dan enak, "Ahhh.." Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit
sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
Tubuhku bergerak-gerak ga karuan, nikmatnya luar biasa. Makin lama Evan mempercepat gerakannya, aku pun berusaha menyeimbanginya, namun semakin aku bergerak semakin dekat aku menuju orgasme pertamaku. "Aaahh..terus van, oh yess..shitt..ahh" ceracauku
ga karuan, Evan nampaknya tau aku sudah hampir sampai, makin liar gerakannya, selain maju mundur, terkadang diputar-putar, membuatku melotot keenakan. Akhirnya tak berapa lama sampailah aku pada orgasmeku "Aaarrgh..aaaaaaaaaa...." teriakku melengking
Evan melotot, aku yakin dia menahan orgasmenya, karena pasti vaginaku mencengkram penisnya kuat-kuat saat itu.
"Ah gila van..enak banget" jawabku lemas dengan pandangan sayu. Evan hanya tersenyum, lalu dengan penis masih tertancap, ia menyedot-nyedot payudaraku, aku keenakan dibuatnya, sehingga horny lagi. Aku menggerakan pinggulku maju mundur, padahal Evan
masih diam saja, tersenyum penuh kemenangan "Van, sodok donk, asshh..van cmon" pintaku memelas pada Evan, Evan malah melepaskan penisnya, aku melotot mau marah, tapi, Evan segera membalikkan tubuhku dan menggangkat pinggulku. Aku segera pasang posisi
merangkak, bertumpu pada tangan. Evan memasuki vaginaku dari belakang, lalu memompanya dengan cepat, tangannya meremas-remas payudara 34 C ku yang bergoyang-goyang kesana kemari. "Ohhh..aahhh..Wandaa..m*m*k lo..aassshhh" ceracau Evan menikmati
posisi tersebut, aku hanya bisa mendesah-desah keenakan, karena orgasme keduaku hampir datang "Van, terus van, gw mau keluar lagi", kataku ngos-ngosan. Tanpa diduga, Evan menjabak rambutku "Aaaaaww" teriakku kesakitan, namun ia tetap memompa vaginaku
jadi antara enak dan sakit, aku baru sadar ia mengangkat kepalaku agar melihat persetubuhan kami di cermin di samping tmp tidur itu, yang terletak di lemari, cermin seluruh badan. POsisi kami memang bukan di tengah tmp tidur, kaki Evan masih berada di lantai, Evan
berdiri sementara aku posisi merangkak, sekarang posisiku setangah jongkok karena Evan menjabak rambutku, di cermin aku bisa melihat payudaraku bergerak-gerak, dan aku bisa melihat expresiku setiap kali Evan menyodok vaginaku dari belakang. Ini membuatku semakin
bernafsu, dan makin dekat orgasme, "Van..gw mau keluar..assshhh" katalu terengah-engah, "Da, gw...juga..di da-lem..niihhh?" jawab Evan putus-putus karena sambil memompaku. "Iya di dalem aja, please, dikit lagi..aaashh..sshhh.."jawabku cepat-cepat.
Evan semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih menjambakku, dan satunya lagi meremas-remas payudaraku. "AAAAAAAAAARRRGGHHH" teriak kami berbarengan, saat kami *ternyata* orgasme bersamaan "aasshhh..aaa" sambungku lagi, orgasmeku
panjang sekali, aku bisa merasakan penis Evan menyemprot berkedut-kedut di dalam vaginaku.
Tinggiku 160 cm dan beratku 52 kg,Ukuran Braku 34 C dan celana jeansku 28. Bentuk tubuhku nyaris sempurna, kenapa aku bilang nyaris karena kan tidak ada orang yang sempurna :)
Yah dengan segala kelebihanku ini aku merasa harus membaginya dengan sesama, itu lah kenapa aku suka berpakaian minim dan memamerkan tubuhku.
Umm apa ya sebutannya, ah ga penting yang penting kalian tahu maksudku kan?
Aku mengetahui kelainanku ini ketika duduk di kls 1 sma, waktu itu di kelasku mayoritas cowok. Sehingga cewek-cewek di kelas diperlakukan bagai Putri.
Tetapi di kelasku itu hanya ada 3 orang cewe yang berwajah lumayan, aku, teman sebangkuku Achie dan satu lagi aku ga begitu kenal dekat tapi kalau
ga salah namanya Nadia. Jadilah kalau pelajaran kosong atau istirahat cowok-cowok di kelas cari muka dengan aku dan Achie teman sebangkuku.
Entah kenapa aku merasa senang skali jadi pusat perhatian, jadi mulailah sedikit demi sedikit baju seragamku mengetat, dan rok ku memendek :)
Achie yang sedikit tomboy dan sudah punya pacar terkadang kalau istirahat langsung ngeloyor ke kelas cowoknya, sedangkan aku diam di kelas meladeni cowok2
kesepian itu.Namun keberanianku cuma sampai disitu saja.
Hingga sewaktu aku naik kelas 2 aku ikut ekskul cheerleaders sehingga aku makin2 jadi pusat perhatian. Cheerleaders yang kalau tampil selalu pakai baju ketat
dan rok mini. Sehingga aku pun semakin berani menampilkan diri, terkadang sampai basah vaginaku bila cowok-cowok yang menonton melihat dengan pandangan
yang mupeng seakan-akan melihatku bagai tanpa busana.
Aku ingin menceritakan pengalaman beraniku sewaktu kelas 3 SMA, waktu itu hari sudah sore, anggota cheers baru selesai latihan, beberapa langsung pulang
dan beberapa lagi langsung mandi di ruang locker. Sedangkan aku memilih untuk bersantai di kelasku 3 IPS 3 yang berada di lantai 3 paling pojok.
Kelasku ini paling nyaman dibanding kelas-kelas lainnya, kelas ini satu-satunya yang memiliki 3 AC sekaligus, jadi lebih sejuk di kelas ini, selain AC
kelas ini juga paling besar dan punya fan juga. Pokoknya kelas paling enak deh, aku berlari dari aula lantai 2 tempatku berlatih ke lantai 3.
Sampai di kelas karena hari itu sudah hampir pukul 5, dan sepi banget, aku memutuskan untuk ganti baju disitu. Aku lepaskan celana pendek daleman rokku
dan juga kaosku yang sudah basah oleh keringat. Aku lupa tidak membawa baju ganti, jadi kuputuskan untuk memakai baju seragam putihku.
Tapi sebelum aku berganti baju aku tidur-tiduran di atas meja, tepat dibawah fan untuk meng"adem"kan badanku. Latihan cheers tadi menguras keringatku
jadi seluruh tubuhku basah. Aku hanya memakai rok cheers yang pendek dan celana dalam g-string warna hitam serta Bra hitam mini, aku tidur-tiduran di atas meja
sambil sesekali mengelap tubuhku dengan handuk kecil, tetapi ternyata aku kecapean hingga ketiduran. Tiba-tiba aku dengar pintu dibuka, aku tersentak kaget
dan kulihat si ganteng Evan anak IPA itu memasuki kelas, aku melirik jam ternyata aku ketiduran 20 menit. Bukannya aku mencoba menutupi tubuhku tapi malah
aku pasang posisi menggoda dan pura-pura tertidur. Evan si ketua osis itu melongo melihatku seperti itu. Namun perlahan tapi pasti Evan malah mendekatiku.
Evan mencoba memanggil namaku, nampaknya ingin membangunkan atau hanya ingin mengecek saja. "Wan.." seru Evan pelan. Aku pura-pura tertidur sambil mengganti posisi
lebih menggoda lagi, tanpa kusadari sudah basah vaginaku melihat evan melongo memandangiku. Evan menyentuh pelan tanganku untukmembangunkanku
namun aku diam saja. Evan pun memegang perutku namun aku masih pura-pura tertidur. Sampai Evan menyentuh payudaraku pelan, aku malah mendesah namun tetap tertidur
akhirnya evan memberanikan diri meremas payudaraku, lagi-lagi aku mendesah saja. Evan menurunkan tali Braku dan menarik Braku turun hingga ke perut.
Buah dadaku terpampang dengan jelas, dan putingnya yang mengeras sudah tegak berdiri. Evan meremasnya lagi, kini aku pura-pura agak tersadar.
Evan kaget dan sedikit mundur dari tempatnya berdiri, namun aku masih ingin menikmati permainan ini sehingga aku merubah posisi menjadi menyamping.
Rok cheersku yang pendek terangkat, sehingga pantatku terpampang di hadapan Evan. Aku mengenakan g-string jadi Evan bisa melihat jelas bongkahan pantatku
Evan meremasnya, aku sangat menikmatinya, aku yakin vaginaku sudah sangat basah. Evan lalu berpindah berdiri, sehingga ia berada di hadapan payudaraku.
Ia meremasnya lembut dan tangan satunya meremas pantatku. Aku masih pura-pura tertidur, nampaknya evan tahu aku pura-pura, karena aku terkadang mendesah pelan
tiap kali ia menyentuhku. Nampaknya Evan sudah tidak tahan, aku bisa melihat "adek"nya sudah sangat keras dibalik celana abu-abunya, karena berada tepat di depan wajahku.
Aku pura-pura mengganti posisi dan menyebabkan wajahku menempel pada "adek"nya, Evan menggesek-gesekan adeknya itu, dan tiba-tiba saja tanpa disangka-sangka
Evan menarik g-string miniku hingga putus. Dan ia memukul pantatku, ah diperlakukan seperti itu tidak mungkin aku pura-pura tertidur, jadi aku bangun dan dengan panik
aku tutupi dadaku. "Evan, mau ngapain lo!" bentakku, Evan hanya tersenyum saja dan dia berkata "Engga tadi laporan osis ketinggalan.." lalu ngeloyor pergi, aku terduduk di meja
membenahi Braku itu, namun Evan balik lagi, aku langsung panik menutupi payudaraku lagi Evan berkata "Umm btw, nice boobs u have.." lalu pergi lagi, aku hanya
tersenyum tersipu ketika Evan pergi, entah kenapa aku merasa horny sekali sewaktu dia memujiku. Ketika aku sedang tersenyum Evan balik lagi dan memergoki ku sedang
tersenyum tersipu..lalu dia berkata lagi "haha..lo seneng ya?, ah..nice butt too" lalu dia pergi lagi. Aku senang bercampur malu saat itu.
Aku melihat jam sudah menunjukan hampir pukul 6, karena ga ada celana dalam lagi, aku pulang hanya menggunakan rok cheers tanpa celana dalam.
Rupanya tanpa aku sadari kaos bekas cheers tadi yang basah aku letakkan di atas seragam putihku, sehingga seragam putihku
itu ikut-ikutan basah. "Wah kebetulan, its show time!" kataku dalam hati, aku lepaskan Bra hitam miniku, dan pulang mengenakan seragam sekolah putih
yang basah dan rok cheers yang mini tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku menatap cermin yang ada di kelas itu, putingku yang masih mengeras
tercetak jelas di seragam putihku yang ketat dan rok cheers itu sangat pendek sekali, bila aku membungkuk sedikit saja, pasti orang-orang bisa melihat bokong indahku.
"Sempurna" bisikku pada diriku sendiri. Aku bergegas pulang, ketika aku melintasi lapangan masih ada anak-anak kelas 2 sedang bermain basket, dan bola itu
memantul dekat tmpku berjalan. Cowok-cowok itu meminta tolong aku mengambil bola basket itu, aku tersenyum manis, membelakangi mereka dan dengan pantat menghadap mereka
aku membungkuk mengambil bola itu, cowok-cowok kelas 2 itu langsung terdiam, mereka dapat melihat jelas pantat mulusku, bahkan vaginaku bila mereka
lebih teliti lagi. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 detik-an dan aku berbalik badan melempar bola basket itu. Mereka hanya tersenyum saja
ketika aku berbalik badan dengan wajah "tak tahu apa-apa".
Aku pun pulang naik mikrolet, untung saja langsung kudapatkan begitu aku keluar sekolah. Di mikrolet itu hanya ada 1 anak kuliahan *mungkin* dan 2 orang bapak-bapak
aku sedikit menyesal karena di mikrolet itu tidak ada yang mukanya oke punya. Ketika memasuki Mikrolet aku agak membungkuk, pastilah pantatku itu terlihat jelas, pikirku
dalam hati. Aku duduk di pojok, di depanku 2 orang bapak-bapak itu, aku duduk agak menyamping, namun tmp duduk mikrolet itu terlalu pendek. Dudukku jadi seperti berjongkok
aku tutup kakiku rapat-rapat, tapi pasti pahaku bisa terlihat jelas oleh bapak-bapak itu. Aku pura-pura tidak tahu, anak kuliah itu pasti tadi sudah melihat pantatku waktu aku masuk tadi
karena ia duduk dekat pintu, sekarang bapak-bapak ini menatapku dari atas sampai bawah. Entah kenapa aku horny sekali ketka mereka memandangiku seperti itu, jadilah aku mulai berulah
aku memutir2 kancing kedua baju seragamku, lalu perlahan, dengan wajah tidak melihat bapak-bapak itu aku melepaskan kancing keduanya. tanpa melepas kancingpun mereka sudah bisa
melihat payudaraku secara jelas aku pikir, namun karena hari itu sudah gelap, dan lampu mikrolet remang-remang mungkin putingku tidak terlalu tercetak. Aku mendengar bapak-bapak itu
menahan nafas waktu aku melepaskan kancing nomor dua itu dengan seksi. Kini aku semakin berani, entah kenapa dorongan untuk berbuat lebih ada dalam diriku. Aku pun tidak lagi memiringkan
badanku, tapi menghadap lurus ke bapak-bapak itu, sehingga sekarang mereka bukan saja melihat payudaraku dari samping, tapi dengan jelas dapat melihat belahan dada dan separuh payudaraku
apalagi putingnya tercetak jelas disitu, aku tersenyum menggoda kepada mereka, dan mereka balas tersenyum.
Asal kalian tahu, kancing bajuku hanya ada 4, jika sudah terbuka 2, berarti sudah separuh dari bajuku terbuka. Aku memilin2 kancing nomor 3, aku melihat anak kuliahan itu begeser mendekat,
tak ingin ketinggalan pertunjukan rupanya. Aku memilin-milin kancing nomor 3 dan perlahan ku buka pahaku..aku yakin vaginaku yang basah dapat terlihat.
Aku membukanya sedikit saja, tanganku yang satu memilin-milin kancing baju nmor 3 dan satunya mengangkat rok-ku perlahan-lahan.
Ketika aku ingin melepaskan kancing nomor 3, aku mendengar seseorang memanggil. Aku menghentikan kegiatanku, nampaknya mereka kecewa. Aku menoleh ke belakang, rupanya Evan dalam mobil Jazznya
waktu itu Jazz baru saja keluar, wah pokoknya mewah banget, ia memberikan isyarat untuk turun dan naik mobilnya, memang waktu itu lampu merah. Namun tanpa kusangka-sangka bapak-bapak di depanku
membuka lebar pahaku, dan yang satunya menarik rokku naik, aku berteriak sedikit. Lalu aku mengetuk mikrolet tanda aku ingin turun. Sebelum turun aku tulis nomor tlpku di tangan salah satu bapak itu
entah apa maksudku, mungkin agar aku dibiarkan turun, mereka melepaskan pahaku. Aku menyiapkan uang receh lalu bergegas turun. Namun sewaktu turun aku sengaja membungkuk dengan belebihan
sehingga pantatku terlihat semua, lalu aku rasakan tangan-tangan mereka mencubit dan memegang pantatku, aku membayar mikrolet dan sempat berkata. "Udah dulu ya live shownya" sambil tersenyum menggoda
mereka hanya tertawa-tawa saja.
Aku berlari menuju mobil Evan, dan langsung duduk di depan. Rokku tertarik naik sewaktu aku duduk buru-buru. Evan tersenyum ia bilang "Da..body lo oke banget..di rawat ya", eh agak canggung aku tp aku
pura-pura cuek dan menjawab "thx, iya emang gw care banget sama body gw", suasana hening sejenak, "Da, mau makan dulu ga, lo pasti laper abis latihan cheers" suara Evan yang berat itu memecah keheningan
aku cuma mengangguks aja, "eh tapi bayarin yah, gw ga ada duit" kata ku tiba-tiba, "Beres, tapi ada imbalannya ya" jawab Evan sambil tangannya berpindah ke pahaku, dan membelainya. "Eh..iyaa.." jawabku
pelan menikmati sentuhannya, kami menuju ke Chitos, namun aku ingat kalau di Chitos ga boleh masuk pakai seragam. Maka aku sempatkan ganti baju di parkiran, dengan kaos bekas latihan tadi, sudah bau keringat
tapi gimana lagi, sewaktu aku ganti baju Evan menciumku dan meremas dadaku lembut, aku membalasnya tapi hanya sebentar saja karena aku blg "Van, makan dulu yu, macem-macemnya nanti aja de" kataku tersenyum
manja. Evan melongo waktu dia sadar baju apa yang kukenakan. "Lo yakin Da mau pakai baju itu?" kata Evan berusaha meyakinkan diri, "iya emangnya kenapa.." jawabku cuek. Haha..baju itu sudah tidak lagi menutupi
apa-apa, kaos itu berdada V rendah berwarna putih polos, bahannya sangat tipis karena itu kaos untuk latihan, sehingga tidak membuat badan panas. Dan kali ini ditambah dengan basah, lekuk tubuhku dan bayangan putingku
tercetak jelas. "Udah la van cuek aja.."kataku, Evan hanya mengangguk-angguk lalu memencet tombol kunci mobilnya. "Kecuali kalo lo malu.." sambungku, "ah gila kali lo ya, jalan sama cewe secantik lo, seseksi lo, bisa malu gw?"
jawab Evan spontan, aku hanya tersenyum geli saja. Kami makan di Izzi Pizza, sewaktu kami makan aku tak luput dari pandangan orang-orang, ya cewe ya cowok, dan pandangannya macem-macem, ada cewe yang jealous
ada yang jijik mungkin, ada yang kaget, tapi lebih banyak yang mupeng sih. Evan tidak makan banyak waktu itu, tangannya terus berada dibawah membelai-belai pahaku bahkan sampai terangkat rokku, terkadang aku membuka
pahaku, sehingga jari-jari Evan kadang menyentuh vaginaku, pemandangan itu tentu saja membuat orang-orang kaget. Tapi nampaknya Evan juga cuek saja, jadi ya aku cuek saja.
Waktu sampai di mobil, Evan langsung menyergapku, menurunkan kusiku hingga tiduran, mencium bibirku dengan nafsunya dan langsung menarik payudaraku keluar dari bajuku melalui kerah V yang rendah itu, ia langsung menghisapnya
keras-keras dan jarinya mulai mengelus-elus vaginaku, vaginaku sangat basah, daritadi aku merasa horny banget dengan segala kelakuan gilaku, aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga jari-jarinya lebih leluasa membuaiku.
Evan makin liar, kini jari-jarinya mulai disodok-sodok ke vaginaku, aku benar-benar terbuai, sebenarnya kaca mobil Evan termasuk 95% gelap, namun tidak dengan kaca depannya. Kaca depannya bening sebening aquarium, sehingga siapapun yang melintas pasti bisa melihat perbuatan kami, namun kami parkir agak jauh dan hari itu hari sekolah, sehingga Chitos tidak begitu ramai. Aku naikkan kakiku ke atas dashboard, dan membukanya lebar-lebar, namun tiba-tiba aku melihat seorang satpam memergoki kami dari kaca depan, aku pura-pura tidak tau saja, malah membalas ciuman evan dengan ganas, Evan pun makin liar mengelus-elus klitorisku dan mulutnya masih tetap di buah dadaku yang montok itu.
Satpam itu disitu sekitar 4 Menit, menonton kami hingga akhirnya ia mengetok kaca sebelahku, Evan terlonjak kaget dan ingin segera tancap gas, karena daritadi mobilnya sudah menyala. Namun aku memegang tangannya dan malah
membuka kaca itu, payudaraku sebelah masih keluar dari kerahku, dan rokku masih terangkat memperlihatkan vaginaku dengan bulu-bulu halus yang rapih. Satpam itu nampaknya kaget, namun denga sigap aku pegang tangan satpam itu
dan menaruhnya di payudaraku, tangan itu begitu kasar, berbeda dengan tangan Evan, Satpam itu diam tak berkutik, "Bapak mau ini kan.." kataku sambil menuntunnya meremas-remas payudaraku. Aku merasakan sensasi luar biasa, hingga
mendesah-desah sendiri, Evan menonton kelakuanku hingga melotot. Satpam itu terlihat sangat menikmatinya, namun tiba-tiba aku berteriak "Van gas sekarang!!", Evan dengan panik langsung menginjak gas dan pergi dari situ.
Lalu Evan dan aku tertawa-tawa heboh, "Gila ya lo da, gw ga nyangka lo seliar itu" kata Evan, aku tersenyum menggoda, merapatkan tubuhku yang payudaranya masih mencuat keluar, dan berkata "Mau yang lebih liar.."
Evan lalu mempercepat laju mobilnya, namun tiba-tiba di tengah perjalanan dia bertanya "Da, maaf nih ya, tp lo cewe bayaran?" katanya pelan. Aku cuma tertawa saja, "Da serius, kalau bener bisa dibayar..." evan menghentikan kalimatnya "Kenapa lo mau bayar gw?" kataku cepat..Evan tersenyum dan mengangguk, "Van..buat lo gratis.." jawabku cuek. "Eh da, jadi bener lo cewe bayaran?" tanyanya lagi. Aku menggeleng, dia terlihat kebingungan.
"Engga, percaya ato ga gw masih virgin kalee" jawabku lagi, Evan melotot, "Beneran?" tanyanya ga percaya, "Mau bukti..?" tantangku, Evan diam saja, "Ini kan sekarang kita mau buktiin" jawabku sambil tersenyum. Evan hanya terdiam kebingungan.
Akhirnya kami sampai di sebuah rumah besar banget dibilangan Cilandak, ga jauh dari Chitos. Waktu hampir sampai Evan memintaku membenarkan pakaianku. Dan memintaku mendoblekan bajuku dengan baju seragam tadi, supaya tidak terlihat
mencolok. Benar saja 2 satpam langsung membukakan pintu, Evan langsung memasukin garasi. Dan mematikan mobilnya, waktu itu sudah hampir pukul 9, aku pun turun dari mobil, dengan pakaian yang lebih rapih. Tersenyum pada satpam itu, satpam itu
bertanya pada Evan "pacar baru den?" Evan hanya menjawab "Yoi donk pak!" sambil menggandeng tanganku masuk. Rumah itu besaaar banget, tapi sepi ga ada orang, "Van pada kemana.." kataku pelan, "Nyokap udah meninggal waktu lahirin gw, bokap..
tinggal dirumah istri barunya, gw sendirian deh.." jawabnya singkat. "Ah udahlah yuk masuk.." kata Evan sambil menarik tanganku masuk ke kamarnya. Evan segera menutup pintunya dan menciumku dengan liarnya, tangannya segera menjelajah semua
tubuhku, dalam posisi berdiri dia angkatnya rokku dan diremasnya pantatku. Namun tiba-tiba Evan berhenti, "Da, lo nginep sini aja ya, blg sama nyokap lo gih" katanya sambil melemparkan hpnya. Lalu aku meminta Evan menyalakan CD playernya dengan
lagu-lagu hiphop "Ma..wanda ga bisa balik nih, masih latihan cheers" teriakku disela-sela musik yang kencang itu, "Oh iya-iya itu apa sih dibelakang berisik amat" kata mama balas teriak "Anak-anak lagi latihan ma, mungkin kalau kemaleman Wanda nginep
rumah temen ya ma" jawabku lagi, mama hanya bisa menyetujui saja.
Selesai menelepon aku melihat sekeliling, tidak ada Evan, tiba-tiba Evan keluar dengan baju handuk putih, dan menarikku masuk ke kamar mandi. "Mandi dulu, lo bau asem" katanya sambil cengengesan, aku hanya bisa menurut saja.
Di kamar mandinya ada whirlpool, seperti jacuzzi, sudah dituang shower bath sehingga berbusa-busa, Evan melepas seluruh bajuku dan menggendongku masuk ke jacuzzi itu. Evan memandikanku dengan sangat lembut. Ia membelai seluruh jengkal tubuhku
tapi dengan lembut sekali, berbeda dengan ketika di mobil tadi. Evan menarik tubuhku keluar dan menyuruhku berdiri dibawah shower, ia menyalakan air hangat dan membiarkanku membilas diri. Evan yang sudah tanpa busana itu memelukku dari belakang
"adek"nya menyentuh pantatku, ditekan-tekannya adeknya itu, lalu Evan meremas payudaraku dari belakang, sambil tetap ditekan-tekan penisnya ke pantatku. Nafsuku bangkit, dibawah guyuran air hangat dari shower, Evan menciumi pundakku, dan leherku
terkadang dijilatnya telingaku, membuatku bergetar-getar tersengat dengan birahiku. Aku membalikkan badan, dan mencium Evan, kami berciuman lama sekali, aku sudah horny sekali, ingin rasanya meminta Evan memasukkan penisnya, namun aku malu.
Lagi-lagi Evan menghentikan aksinya, ditariknya tubuhku lalu dikeringkan, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku diperlakukan bagai Putri. Evan lalu mengeringkan tubuhnya sendiri lalu menggendongku ke tempat tidur. Ia menindihku dan menciumku
lidah kami berpangutan, terkadang Evan menghisap bibirku, tangannya meremas lembut payudaraku, terus ke perutku dan lalu sampai di vaginaku. Di gesek-gesekkan perlahan jarinya di klitorisku, aku mendesah tidak karuan, Evan lalu menurunkan bibirnya
menjilati leherku, pundakku lalu ke payudaraku, di gigit-gigit lembut putingku, sambil tangannya terus bergerilya di vaginaku. Aku memeluk Evan lalu berguling. Aku cium Evan dari bibir, dada, perut sampai ke penisnya. Penisnya besar dengan panjang hampir 20 cm
dan diameter yang besar pula. Aku terbayang ngeri memasukkan benda itu ke vagina perawanku. Aku menjilati penis Evan, tiba-tiba Evan memegang kepalaku dan mendorongnya, sampai tersedak aku, benda itu tidak bisa masuk semua ke dalam mulutku
aku bermain dengan penis Evan sekitar 10 menit, ketika tiba-tiba Evan membalikkan badannya hingga posisi 69, aku diatas. Evan menjilat vaginaku pelan, aku langsung mengejang, ini pertama kali aku dijilat di vagina. Tangan evan sesekali menyodok-nyodok
vaginaku, sambil lidahnya disentil-sentilkan ke klitorisku. Aku benar-benar terbuai oleh nafsuku.
Aku sampai memohon pada Evan agar ia segera memasukkan penisnya, "Van, please van.."hampir nangis aku dibuatnya. Evan membuka pahaku lebar-lebar, dan mengarahkan penisnya ke vaginaku yang sangat basah itu.
"Aaashh.."desisku pelan, sakit tapi aku berusaha tak menunjukkannya, Evan kembali mendorongnya sedikit lagi, "Sshhshh.."Desahku antara sakit dan enak, "Ahhh.." Evan berteriak ketika seluruh penisnya masuk, aku meneteskan air mata, karena rasanya sakit
sekali, nampaknya Evan mengetahui hal itu ia tidak bergerak sedikitpun, memberi waktu vaginaku untuk menyesuaikan diri. Ketika aku sudah mulai terlihat tenang, Evan menggerakkan pinggulnya, menarik dan memasukkan penisnya dengan perlahan.
Tubuhku bergerak-gerak ga karuan, nikmatnya luar biasa. Makin lama Evan mempercepat gerakannya, aku pun berusaha menyeimbanginya, namun semakin aku bergerak semakin dekat aku menuju orgasme pertamaku. "Aaahh..terus van, oh yess..shitt..ahh" ceracauku
ga karuan, Evan nampaknya tau aku sudah hampir sampai, makin liar gerakannya, selain maju mundur, terkadang diputar-putar, membuatku melotot keenakan. Akhirnya tak berapa lama sampailah aku pada orgasmeku "Aaarrgh..aaaaaaaaaa...." teriakku melengking
Evan melotot, aku yakin dia menahan orgasmenya, karena pasti vaginaku mencengkram penisnya kuat-kuat saat itu.
"Ah gila van..enak banget" jawabku lemas dengan pandangan sayu. Evan hanya tersenyum, lalu dengan penis masih tertancap, ia menyedot-nyedot payudaraku, aku keenakan dibuatnya, sehingga horny lagi. Aku menggerakan pinggulku maju mundur, padahal Evan
masih diam saja, tersenyum penuh kemenangan "Van, sodok donk, asshh..van cmon" pintaku memelas pada Evan, Evan malah melepaskan penisnya, aku melotot mau marah, tapi, Evan segera membalikkan tubuhku dan menggangkat pinggulku. Aku segera pasang posisi
merangkak, bertumpu pada tangan. Evan memasuki vaginaku dari belakang, lalu memompanya dengan cepat, tangannya meremas-remas payudara 34 C ku yang bergoyang-goyang kesana kemari. "Ohhh..aahhh..Wandaa..m*m*k lo..aassshhh" ceracau Evan menikmati
posisi tersebut, aku hanya bisa mendesah-desah keenakan, karena orgasme keduaku hampir datang "Van, terus van, gw mau keluar lagi", kataku ngos-ngosan. Tanpa diduga, Evan menjabak rambutku "Aaaaaww" teriakku kesakitan, namun ia tetap memompa vaginaku
jadi antara enak dan sakit, aku baru sadar ia mengangkat kepalaku agar melihat persetubuhan kami di cermin di samping tmp tidur itu, yang terletak di lemari, cermin seluruh badan. POsisi kami memang bukan di tengah tmp tidur, kaki Evan masih berada di lantai, Evan
berdiri sementara aku posisi merangkak, sekarang posisiku setangah jongkok karena Evan menjabak rambutku, di cermin aku bisa melihat payudaraku bergerak-gerak, dan aku bisa melihat expresiku setiap kali Evan menyodok vaginaku dari belakang. Ini membuatku semakin
bernafsu, dan makin dekat orgasme, "Van..gw mau keluar..assshhh" katalu terengah-engah, "Da, gw...juga..di da-lem..niihhh?" jawab Evan putus-putus karena sambil memompaku. "Iya di dalem aja, please, dikit lagi..aaashh..sshhh.."jawabku cepat-cepat.
Evan semakin mempercepat gerakannya. Tangan satunya masih menjambakku, dan satunya lagi meremas-remas payudaraku. "AAAAAAAAAARRRGGHHH" teriak kami berbarengan, saat kami *ternyata* orgasme bersamaan "aasshhh..aaa" sambungku lagi, orgasmeku
panjang sekali, aku bisa merasakan penis Evan menyemprot berkedut-kedut di dalam vaginaku.
Langganan:
Postingan (Atom)