Selasa, 20 Januari 2015

Behind The Mask Of Celebrity 2


Behind The Mask Of Celebrity 2 -



Behind The Mask Of Celebrity 2 -

behind

behind

behind

behind

 

Olivia termenung, menumpukan wajah ke tangan di dashboard mobil. Masih memikirkan perkataan yang dilontarkan Arumi, merasa dimanfaatkan. Sebagaimana pekerja diperas pengusaha yang mau untung terus.

“Neng Oliv ko ngelamun ? ayo duduk di depan geulis !” suruh sang supir dengan seringai mesum, orang yang disapa Pak Khoir oleh Jasmine.

Sudah biasa ini terjadi, tanpa banyak bicara Olivia pindah waktu lampu menyala merah.

“Naah, kalo gini kan enak Ji hie heh heh, muluuuss…Ooh mulus tenan Neng Oliv, Bapak suka. Sempurna…paha yang semmpurna !”, Olivia hanya bisa berdehem nikmat pahanya digerayang kacung.

“Jaket Neng dibuka aja !”. Masih terus digerayang, Olivia menanggalkan sweater coklat yang membalut tubuhnya.


“Ck ck ck…baju putih, kulit putih. Neng Oliv emang Bidadari turun dari khayangan !”.

Pak Khoir mendekat, Olivia pasrah bibir mungilnya dipagut. Pria seumur Kakeknya itu serasa mengemut permen, gemas ingin menelan. Puas dengan bibir atas, bibir bawah pun kena giliran. Olivia terhentak.

“Eit, apa nih Neng ? Ji hie heh heh…”, bibir kemaluannya yang masih terbalut C String digaruk jari gemuk Pak Khoir.

“Paaakhh…ge-gelii.ng, nggh…aaahh, sssh…”.

Melihat wajah Olivia merah terangsang, Pak Khoir semakin gencar menggoda. “Geli berarti enak dong ? Kilik-kilik-kilik-kiliik, Ji hie heh heh. Whuaa…basah euy, i-hi i-hi, ihiiiy”. Pak Khoir senang buat vagina Olivia becek terangsang, makin bersemangat ‘45 menyingkap rok lihat dalaman basah itu.

Tanpa perlawanan berarti dari Olivia, celdam pun terlihat. Pak Khoir menatapnya dengan lapar. “Pak…Pak, hijau…jalan !”, Olivia berusaha menyelamatkan diri, menahan wajah mesum Pak Khoir yang ingin terbenam diselangkangan.

Pak Khoir menoleh ke lampu lalu lintas, kontan bersungut-sungut karena niat cabul tak sampai. “Sialan tuh lampu, ga tau orang tua lagi seneng !”. Olivia menghela nafas, lega saat kendaraan kembali melaju. Sayang hanya kebebasan sekejap, pupus saat Pak Khoir berucap kata.

“Lepas kancutnya Neng, kasih ke Bapak !”. Pipi Olivia merona mendengarnya, makin terlihat cantik mempesona saja dirinya. Ia memang sudah sering dilecehkan seperti ini, tapi sebagai wanita, pasti ada rasa malu yang lumrah dirasa.

“Buat apa Pak ?”.

“Nanya lagi, ya buat dimakan ! apa memek Neng aja yang mau Bapak makan, Hah ?”.

Mata jelita Olivia terbelalak, cepat-cepat dia angkat pinggul loloskan celdam. Baru turun selutut, aroma lendir vagina menebar wanginya, memenuhi mobil ber-AC tersebut.

“Hmmhh, ya ampun si Neng…wangi pisan punya memek. Jadi ga sabar pengen ewein !” komentar Pak Khoir, wajah penuh lemaknya menatap penuh birahi, lidah terjulur keluar bagai ular berdesis.

Olivia menggeleng, tahu tak lama lagi akan disetubuhi supirnya yang berperut buncit itu. Vaginanya tiba-tiba terasa ngilu ingat diameter penis yang akrab mengebor masuk, penis gemuk.

“Lho kok diem, mana kancutnya ?”. Mobil berhenti waktu lampu kembali merah. Olivia lanjut menelanjangi diri. Pak Khoir seenaknya mengangkat rok tanpa dalaman itu tinggi-tinggi.

“Whua, dodol kesukaan !. Wangi dari situ rupanya, musti disedot sampe kering nih Ji hie heh Sluurp !”. Sekali lagi Olivia menggeleng, mimik takutnya kian memuncak saat serah terima C String membercak lendir cinta.

“HMMHH…WANGI BUNGA, Hap !”. Pak Khoir meniru gerakan pesulap memasukkan pedang ke tenggorokan, kepala terdongak dan mulut menganga lebar.

“Mm….enyak, Ji hie heh heh, Nyam-nyam…”. C string Olivia dikunyah Pak Khoir bagai makanan. Sampai lendir habis dirasa, barulah celdam dimuntahkan keluar. Segitiga itu mandi liur, dengan kurang ajar dicampakkan bagai barang usang.

“Mau yang asli Aaah…”, paha Olivia refleks merapat.

“Buka Neng, ga usah kayak perawan deh…memeknya udah kena ewe aja, ayo buka !”.

Dengan gerak perlahan, Olivia merentang sepasang paha indahnya. Semakin renggang paha, semakin pipi cantik merona. Berlawanan dengan Pak Khoir yang makin liuran, ia habis kesabaran. Dibentangnya paha Olivia sejauh mungkin dan membenamkan wajah secepat kilat.

“HMMHHHH…HMMMHHHH, CUP CUP CUP CUP, SLUURP !”. Pak Khoir melahap vagina Olivia. Di-emut, dicelup lidah, dijilat, semua yang buat Olivia mendesah lirih lantaran nikmat.

Tak ada yang bisa diperbuat artis remaja berdarah campuran Jerman itu selain mendesis dengan pantat terangkat. Rambut keriting kriwil Pak Khoir dijambaknya keras, makin acak -acakan tak karuan. Mata Olivia sayu, meski masih lirik kanan kiri karena takut ada yang memergoki. Samar-samar, ia melihat detik waktu lampu merah menunjuk 95 dari 150. Berarti masih 95 detik vagina bakal jadi permainan bibir tebal hitam, dicumbu menuju langit ketujuh. Saat itulah Olivia teringat, bagaimana bisa terperangkap menjadi budak seks Pak Khoir, supirnya. Kisah awal berbuntut pemerasan organ kewanitaan…

|||||||||-BUUZZZZ-|||||||||

# DUNIA ACTING

“Terima kasih Bu, atas kepercayaan Ibu kepada kami…kami akan membimbing Olivia menjadi artis terkenal di Indonesia” kata seorang pemuda ramah.

Pemuda yang menjabat sebagai penanggung jawab sebuah Manajemen artis. Usaha yang membimbing dan menyalurkan seseorang untuk jadi artis, baik tua maupun muda. Ibunda Olivia menitipkan anaknya, agar tenar sekaligus dapat sumber penghasilan. Sayang ibarat perusahaan, pelamar overload. Banyak dari keluarga kaya, cantik jelita pula. Skill akting sama parah, hanya modal nekat plus muka tembok. Tak lama, Olivia pun disalurkan ke peran-peran kecil yang hanya numpang lewat, tidak tersorot kamera. Bahkan di iklan juga begitu. Ia termenung, terus bermimpi ingin sekali tenar, disamping teman-teman sekolahnya sering meledek Olivia adalah artis gagal. Hal itu membuat Olivia sedih bercampur aduk kesal. Saat itulah ia ditemui seseorang yang sudah memperhatikan ‘bakat’nya. Dalam arti, asal mula artis menuju kesuksesan melalui proses yang sama. Ada penjual, barang, dan tentu pembeli. Penjual disini manajemen artis terselubung. Barang adalah artis sendiri, dan pembeli yang dimaksud bisa pejabat, produser atau pengusaha yang memiliki line ke orang-orang penting di balik layar kaca. Seorang artis senior bintang film panas Indonesia mendekati Olivia

“Hai, bengong aja ?”.

“Eh Ka Febby, iya nih…lagi ngayal jadi artis ngetop kaya Kakak hehehe”.

“Jangan ngayal dong…usaha !”.

“Ya ini udah usaha…belajar acting, mainin peran cupu…tetep aja gini-gini terus, ga ada kemajuan…mustahil ngetop !”.

“…………………….”,

wanita yang disapa Olivia ‘Ka Febby’ alias Febby Lawrence itu terdiam, semakin yakin kalau Olivia adalah korban berikut yang cocok untuk ditawarkan. Sebagai barang lama yang berhasil membawa barang baru, tentu akan dapat bonus entah itu uang atau kesempatan main film lagi, seperti halnya Vena Melinda mengangkat Ratu Felisha keponakannya, kembali terlihat di layar kaca setelah cukup lama vakum.

“Perlu waktu, dan pastinya…pengorbanan Fuuh !”, Febby menebar jala disela hembusan asap rokoknya.

“Pengorbanan ?”.

“Yup, Fuuuh…”.

“Pengorbanan gimana Ka ?”.

“Jangan ah, nanti gua di-cap ngerusak anak orang lagi” pancing Febby, sengaja buat Olivia semakin penasaran.

“Apaan sih Ka…ga ko’ gapapa, aku udah rusak kok hehe”, Febby tersenyum mendengar itu, berniat membatalkan tawaran jika Olivia tidak serius.

“Apaan Ka ? kok malah senyum sih, beneran aku mau tahuu…” ujar Olivia manja.

“Beneer ?”, Febby memasang wajah serius.

“Bener, suer !”.

“Mm ok, kalo gitu, gini…lu sama yayang lu udah pernah ML belum ? jawab yang jujur, ga usah malu ‘n takut…toh, kita sama-sama cewe’ khan…gimana ?. Olivia membisu, ia cukup ragu untuk mengutarakan masalah yang satu ini, sangat privacy.

“Aku harus jawab ya Ka ?”.

“Ga maksa sih, cuma kalo lu emang pengen ngetop…ini penting buat gua !”.

“Penting gimana Ka ?”.

“Alaah, udah lu engga perlu tau…yang penting mau jawab ga ? kalo ga gua tinggal nih, masih banyak urusan !”.

Olivia menyerah buka mulut, bercerita tentang keperawanannya yang terrenggut mantan pacar. Febby sudah menduga sebenarnya, tentu ia berpengalaman dalam membaca orang khususnya gadis bau kencur. Febby senang dapat barang baru untuk ditawarkan ke bos-bos pejabat. Selesai mengorek semua hal pribadi Olivia, Febby menguraikan cara-cara singkat untuk menerobos layar kaca yang pesaingnya ribuan. Dengan cara menjajakan diri lewat agency legal, jadi barang dagangan tanpa sepengetahuan orang tua khusus Olivia. Beberapa ortu artis bahkan ada yang merangkap manager sekaligus germo. Begitu rusak dan kotornya dunia acting Indonesia. Agency dapat uang booking plus penjualan. Artis dapat channel, schedule dan honor film sebagai ganti. Tenar tentu, kaya pasti, siapa yang menolak ?.

“Kalo artis cowo gimana tuh ?”.

“Yah, rata-rata…Fuuh, ada yang disalurin ke TG Istri pejabat yang kesepian, atau…yaa, kebanyakan sih jadi Gay gitu”.

“Ih jijay bajay…kaya Indra Brugman gitu ya Ka ?”.

“Iya…dia kan dipesen sama pengusaha sepatu ber-merk gitu, dan Indranya juga mau jadi ya sudah……lu juga harus siap-siap lho Liv !”.

“Si-siap gimana Ka ?”, Olivia canggung melihat tatapan Febby yang tajam seakan mengancam.

“Ya siap-siap bakal ngerusak kehidupan lu yang sebenarnya…kehidupan di balik topeng artis-artis metropolitan yang digembar-gemborkan dengan nama keren Celebrity, yang sebenernya adalah perek !. Bahkan, Fuuh…sampe lu pacaran sama siapa, atau lu nikah buat nyari status sama siapa juga udah diatur. Contohnya Saipul Jamil, Gay sama Dewi Persik si perek !, itu juga udah diatur kalo lu mau tau yang sebenernya…gila ye ?”.

“………………….”, Olivia terdiam tak balik berkomentar.

“Emang harus lewat jalur itu ya Ka, ga ada cara lain ?”.

“Ya mau gimana lagi ? emang ada acting artis Indonesia kaya artis luar ? film luar yang ga terkenal deh, hah ? tetep aja ga nendang ! per-film-an disini kan asal, aji mumpung. Aktor boleh ganteng, aktris boleh cantik, tapii…ada tapinya nih, harus mau diajak naik ranjang. Karena apa yang lo miliki itu harus bisa dinikmati, PH juga dapet duit tambahan dari situ. Yang cantik ‘n yang ganteng banyak Liv, tapi lo bisa nawarin apa selain itu ? Bukan acting di depan kamera pastinya, semua standar ! Ceritanya paling pemeran utama menderita, terus Ibu tiri atau kandung jahat masalah harta. Berkutat disitu-situ aja ga kurang ga lebih !” sahut Febby panjang lebar.

Secara tak langsung, Olivia telah resmi menanda tangani kontrak pelacuran terselubung.

***

Singkat cerita, Olivia berhasil menembus layar kaca. Sebuah prestasi yang luar biasa namun mengundang tanya, bagaimana bisa ?. Sungguh loncatan karir yang amat sangat jauh. Seharusnya memulai di theater mini IKJ. Bergabung sebagai member pecinta seni sejati, bukan hanya acting nangis. Tom Cruise saja bertolak dari opera sabun dan film cupu. Tapi memang harus begitulah karier. Belajar (start) dari hal kecil, merangkak dari bawah, hingga matang berdiri tegar di atas.

|||||||||#|||||||||

# JERITAN HATI ARTIS

“Antar saya ke Holiday Inn Pak !”.

“Baik Neng…”.

Di perjalanan, Pak Khoir sesekali melirik ke arah Olivia yang terlihat murung. Ada senang tentu ada sedih. Saat berakting apalagi film di gelar bioskop, serasa diperhatikan seluruh mata Indonesia, menikmati ketenaran. Tapi ketika tubuh harus jadi pemuas nafsu binatang seluruh kalangan, tak ubahnya pelacur jalanan. Menerima hinaan dan pelecehan diranjang. Hal itulah yang buat Olivia murung, jeritan hati artis. Mobil berhenti tepat di pintu utama Hotel. Seorang satpam tegap berdiri di lobby sigap mendekat, siap membuka pintu untuk sang tamu.

“Ada yang mau diomongin Neng ?” tanya Pak Khoir memecah suasana, karena Olivia tak jua beranjak dari bangku yang di-dudukinya.

“Engga Pak, gapapa…”, senang diperhatikan, Olivia tersenyum manis.

(Mati gue, musti cari WC sama sabun nih !), Pak Khoir ngeres dalam hati.

“Nanti Oliv miskol kalo udah selesai yah…” pesan Olivia sebelum menuju ruang pembantaiannya. Mobil melaju cari tempat parkir, sebelumnya mampir ke kamar mandi untuk urusan tadi.

senyum Olivia pada Pak Khoir
|||||||||#|||||||||

# PETUNJUK SI PEMERKOSA

Di parkiran, pikiran Pak Khoir melayang bertanya-tanya. Apa yang dilakukan majikan kecilnya ? selalu berpindah-pindah lokasi penginapan tiap malam. Memang dia pernah dengar bahwa beberapa artis merupakan simpanan, bahkan lucunya acting jalin hubungan dengan artis juga seperti halnya Yuni Shara, wanita simpanan anggota *** itu. Saat berita mulai santer terdengar, beberapa hari kemudian langsung heboh gandeng Raffi Ahmad, sebar gosip tutupi ‘bangkai’. Pak Khoir menghibur diri dengan tv mini di mobil ngemil kacang, guna melupakan hal tersebut.

‘Pemirsa, kejahatan curanmor melalui media hipnotis tengah merajalela dewasa ini. Kebanyakan korban adalah tukang ojek malam, atau biasa disebut ojek kalong….bla bla bla bla bla’, suara penyiar berita.

“Waduh, musti hati-hati jaman sekarang nih…motor di kampung bisa hilang !” ujar Pak Khoir mengomentari siaran, tak sadar bahwa motor yang dimiliki hanya Vespa butut thn ’80-an.

Dia berpikir sesuatu, setan masuk ke otak, lantas mampir ke kios jual koran dan majalah yang masih buka.

“Jarang-jarang kios koran buka sampe malem Kang ?”.

“Iya nih, tutupnya nanti bareng warung sebelah istri sayah”.

“Oh gitu, kebetulan…saya lagi nyari majalah Misteri, ada ?”.

“Ada ini…kebetulan panglaris, hak haak”. Pak Khoir ikut tertawa jelek barengan, seraya menyerahkan 20 ribu dari dompet. Penjual kios menerima uang dan memberi kembalian. Transaksi usai, dia kembali ke parkiran.

Dengan khusyuk Pak Khoir membaca majalah yang berisi sebagian ilmu hitam tersebut. Tertarik pada tawaran dukun dengan metode transfer ilmu sekali bayar, tak perlu susah bertapa, apalagi cari tumbal. Setelah menemukan dukun yang lokasinya dekat, ternama pula, dia berencana datang esok hari. Pas Olivia miskol minta dijemput.

|||||||||#|||||||||

By : the Dynamic Duo ‘Diny & Boris’ (gokil team).


Dukun cabul, Ki Joko Edan
Besoknya minggu waktu jalan ke mall, Pak Khoir minta izin keluar. Olivia meng-izinkan karena tahu akan lama menghabiskan waktu dengan nonton, shopping, salon serta lunch. Pak Khoir langsung ngacir ke tempat praktek dukun, masuk dalam daftar antrian. Waktu berlalu cepat, gilirannya tiba. Dia menyibak tirai, masuk ke sebuah kamar penuh kepulan asap kemenyan dan dinding berpajangan kepala tengkorak.

“Punten Mbah…”.

“Masuk Cu, ayo duduk !”.

“Nuhun Mbah, omong-omong…itu ayam mau diapain ?” tanya Pak Khoir seraya duduk bersila di depan Mbah dukun.

“Mau dipake’ !”.

“PAKEEEE ??!”.

“Pake makan ! masa iya di-Anal, emang Mbah Animal sex. Ngeres bener Cucu, Ah !”.

“Maaf Mbah, bukan bermaksud itu !. Anu…sebelumnya, Mbah kok manggil cucu ? kita kan seumuran ?”.

“Udah prosedur Cuu, nanti ijin Mbah dicabut sama PDI !”.

“PDI, Partai politik Mbah ?”.

“Bukan Cu bukan…PDI itu, Persatuan Dukun Indonesiah”.

“Oo, yaa…ya”, Pak Khoir mengangguk.

“Sok Cu, ada perlu apa datang kemari ?”.

“Anu Mbah, itu…anu…anuu…”, Pak Khoir malu mengutarakan maksud.

“Kenapa ? ada apa sama anu Cucu ? gatel-gatel apa susah bangun ?”.

“Jah, bukan Mbah…kalo itu sih saya ke Mak Erot bukan ke Mbah !”. (Sial, gue dituduh raja singa sama lemah syahwat !), batin Pak Khoir.

“Lantas, hajat Cucuku kesini apa ?”.

“Anu Mbah, sayaa…sayaaa, nafsu sama majikan saya Mbah !”.

“Oh itu toh, classic…ga usah malu Cuu, udah banyak nyang minta ‘ntu. Disini makanan sehari-harii…”.

“Iya Mbah, lain kali saya ga tau malu”.

“Jadi, majikannya mau dipelet gitu ?”.

“Bukan Mbah, jangan…saya ga berniat menguasai dia sepenuhnya”.

“Lho, niat mesum kok setengah-setengah Cu ?”.

“Majikan saya masih ABG Mbah…bukan IRT”.

“Hohoo, pinter bener kamu cari korban Cu…tau aja kalo jepitan ABG lebih liat. Cantik, kaya raya lagi ya ?”.

“Iya Mbah, artis pula”.

“Ah nyang beneer ? bagi-bagi atuh Cu…”.

(Yeee, ga beres nih dukun. Pake minta bagian segala, salah pilih nih !), batin Pak Khoir lagi. “Mbah aja-aja ada ah, hehehe…”.

“Canda Cu…kalo cuman artis sih, Mbah juga sering nyicip”.

“Yang bo’ong aeh betul Mbah ?”.

“Bener Cu, artis sekarang pan saingan…jadi banyak nyang kesini minta aji pelet buat sutradara, produser atau pejabat guna mempertahankan status. Biar dipake terus main pilem, atau ga melet anak pejabat buat dikawin…kaya Nia Ramadhani”.

“Berarti, Nia Ramadhani second-an Mbah dong ?”.

“Ya he-eh lah, masa ya He-eh dong…Mbok Ijah maen dingdong. Yo wis, Cucu jadi mau belajar ilmu apah ?”.

“Anu Mbah, saya lihat di tv ada yang bisa hipnotis tukang ojek…terus nyuri motornya gitu”.

“Oo, Itu Ilmu penunduk tepuk bahu !”.

“Apa Mbah ? susah amat namanya…”.

“ILMU PENUNDUK BAHU DITEPUK Ah, bolot kamu Cu !”.

“Abis panjang amat, kirain Mbah ngelawak”.

“Itu ilmu keramat Cu, sudah ada sejak jaman Gajah duduk” jelas Mbah dukun sok.

“Gajah Mada kali Mbah, Gajah duduk mah merek sarung !”.

“Iya ‘ntu maksud Mbah” sahut Mbah dukun ngeles.

“Terus kalo keramat memang kenapa Mbah ?”.

“Mahal Cu harganya…Mbah ragu Cucu sanggup membayar”.

“Sabaraha Mbah ?”.

“5 Juta Cuu…”.


Khoir, si sopir cabul
“Eleuh-eleuh, mahal pisan…bisa diangsur ga ?”.

“Yah, jadi tukang kredit lagi deh”.

“Ada juga Mbah yang ngutang ?”.

“Banyak Cu, gapapa deh…ada yang kontan ada yang ngutang. Nyang penting dapet pelanggan, daripada lari ke dukun lain…sayang pan ?”.

“Gimana system belajar sama bayarnya Mbah ?”.

“Kalo belajar sih hari ini kelar sejam, cuma transfer ilmu. Kalo bayarnya ya dibagi aja 12, bunga fix 9 % setahun…ikut KPR BNI. Transfer ke rekening atas nama Mbah Joko ta’ u-u. No rekening tanya resepsionis depan, Mas Penyok…nyang mukenye berantakan kayak mobil abis tabrakan” terang Mbah dukun asal jeplak.

“DP 1 Juta dulu boleh Mbah ?”.

“Boleh Cu boleh, yang ga boleh itu gratisan. Mbah santet nanti kalo ga bayar. Uangnya di depan aja sama Penyok yak, dia ngerangkep kasir korup !”.

Ahirnya, Pak Khoir pun ditransfer ilmu oleh Mbah dukun. Selama proses pindah ilmu itu, dia di-wajibkan melotot terus menerus, tatapan tersebut untuk si korban hanyut ke alam bawah sadar. Selesai itu, Mbah dukun mengajari mantra pengembali kesadaran. Lantas memanggil Penyok sebagai kelinci percobaaan.

***

“Pareng ‘Ndoro, ada yang bisa dibanting aeh dibantu ?”.

“Minta jus nanas buat tamu kita”.

“Baik ‘Ndoro, ‘Ndoro juga mau ?”.

“Untuk tamu saja, Mbah takut keputihan”. (emang lu awewe…), batin Pak Khoir.

Saat pemuda bernama Penyok itu berbalik, Pak Khoir menepuk bahunya, kontan Penyok menoleh. Pak Khoir menatap tajam, mata bertemu mata, Penyok hilang kesadaran.

“Trus Mbah ?”.

“Ya udah, mau Cucu apain itu si Penyok…suruh apa kek, telanjang kek !”.

“Waduh, makasih Mbah liat laki telanjang…Nenek-nenek aja ogah. Oya Penyok…kamu, sekarang…banci kaleng, ayo tirukan banci di tv !”.

“Matamuu…Aah, li-rikan matamu jreng-jreng jreng-jreng AAAAHH !”, Penyok bergaya banci seperti iklan jangan lebay plis.

Pak Khoir dan Mbah dukun tertawa ngakak nonton aksi lebay Penyok. Sekiranya cukup, Pak Khoir mengucap mantra pengembali kesadaran yang tak lain plesetan lagu dangdut Alam berjudul ‘Mbah dukun’, “Adalah Mbah dukun…seneng ewe-in pa-sien-nyah Hak.. hak.. haak !”, dilanjut tepuk tangan sekali, Penyok pun tersadar.

“Hah, lho…ngapain saya disini ? kok saya bisa ada disini ?”, Penyok seperti lupa ingatan. Pak Khoir senyum-senyum sendiri mirip orgil, di kepalanya terbayang meniduri si cantik, Olivia Lubis Jensen. Pamit merangkul Penyok layaknya sahabat.

“Yuk Mas, saya mau bayar jasa dukun. Nuhun Mbah…”.

“Monggo-monggo, silahken…”. Mbah juga tersenyum karena pelanggan puas, meskipun dia lemas.



By : the Dynamic Duo ‘Diny & Boris’ (gokil team).

|||||||||#|||||||||

Dari tempat praktek dukun cabul itu, Pak Khoir tancap gas jemput Olivia di Mall tadi. Di perjalanan, dia membayangi Olivia bugil pasrah disodok dari belakang olehnya. Tertawa sendiri lupa kalau masih di jalan mobil melaju kencang.

“Ji hih…Ji hie heh heh…Ji hie heh heh heeeh heh heh, mati aku !”, Ckiiit !!!. Mobil rem mendadak. Motor di depan hampir tertabrak, berhenti karena lampu merah. Pengendara Honda NSR 150 itu menoleh, marah dan memaki.

“Oi kampret, jangan ngelonjor kalo nyetir ! nabrak, gua kepret lu jadi tempe orek !”.

Jendela kaca mobil terbuka, kepala Pak Khoir nongol. “Maaf Om, maaf…ga lagi-lagi !”.

“Am-om-am-om, kapan gua kawin sama Tante lu !” omel si pengendara motor, kembali focus ke jalan.

***


Olivia ketika menunggu
Olivia terlihat berdiri di depan pintu keluar utama Mall, menanti kendaraan operasional ke-artisannya.

“Apartemen Kuningan, Tower 5 ya Pak !” suruh Olivia, kali ini ia duduk di bangku depan penumpang.

Mercy berplat nomer B 5010 LJ itu pun melesat kencang. Menyusuri jalan HR. Rasuna Said, belok kiri setelah rumah sakit MMC sebelum Pasar Festival. Di perjalanan, Olivia sibuk dengan HP. Ia menekan tombol record video.

“Hai-hai…gua Olivia, artis yang lagi ngetop di Indonesia hehee. Ini supir gua…Pak Khoir, Pak…nengok dunk !” rengek Olivia manja.

“Lagi nyetir Neng, nanti ketabrak ! Nah untung lampu merah”. Mobil berhenti, Pak Khoir menoleh ke HP yang sedang mengarahnya dengan senyuman jelek. Olivia tertawa senang meng-abadikan itu, lalu kembali ber-narsis ria.

“Emang bisa ya Neng, HP buat ngerekam gitu ?”.

“Bisa duong, khan HP yang saya beliin juga bisa !”.

Pak Khoir memasukan gigi di sela perbicangan, mobil kembali melaju. “Bapak kira cuma bisa foto Neng”.

“Bisa kale…”. Pak Khoir mengangguk-angguk, di otaknya timbul lagi sebuah ide jahat.

Ckiit !, mobil berhenti di muka Apartemen. “Biasa ya Pak, nanti Oliv miskol”.

“Baik Neng…”.

Baru saja Olivia berbalik menghadap pintu mau keluar, bahu kanannya ditepuk. Refleks ia menoleh, BUZZZ…!!. Olivia hilang kesadaran, matanya menatap kosong, Pak Khoir mengetes apakah Olivia sadar atau sudah kena hipnotis.

“Neng Oliv, ikut Bapak sebentar yuk ?”.

“Baik Pak !”, mendengar jawaban itu, mobil tancap gas ke parkiran apartemen yang sepi.

Dengan cekatan Pak Khoir menon-aktif HP Olivia agar tak berdering, bisa membuyarkan hipnotis. Setelah mobil parkir dipojok, Pak Khoir melempar pandangan kesamping. Seringai mesum tergores di wajah penuh lemaknya.

“Neng Oliv, ayo pindah ke belakang !”.

Olivia melakukan apa yang disuruh, patuh bagai boneka Barbie yang dimainkan sang pemilik.

“Buka seluruh pakaian Neng, dan kasihkan ke Bapak !”.

“Baik Pak !”.

Olivia melepas pakaian satu demi satu dengan cepat. Pak Khoir menarik turun reseleting, mengeluarkan titit, coli lihat Olivia bertelanjang dada. Putih…montok komen yang dapat terungkap, puting pink buatnya lengkap.

“Pelan-pelan atuh, Bapak kan mau nikmatin !” protes Pak Khoir.

Olivia berhenti sejenak, lalu lanjut menelanjangi diri secara perlahan sesuai perintah. Kaki putih jenjang terpamer indah waktu Olivia meloloskan celana, Pak Khoir mengocok makin cepat melihat pemandangan menggiurkan di depan mata. Nafasnya senin kamis di Bra yang sedang dihirup wanginya. Nafas itu mendadak mirip orang Asma, tatkala Olivia menanggalkan celdam putih polos ber-pita-nya. PaK Khoir mendekat, jongkok di depan Olivia persis yang sedang duduk telanjang mengundang.

“Buka lebar-lebar Neng, ayo !”. Olivia mengangguk, melingkarkan tangan ke belakang paha, menahan agar terkangkang lebar. Mata Pak Khoir ingin loncat keluar dari tempat-nya, memandang penuh birahi. Hidungnya kembang kempis mengendus seperti kucing mencium bau daging.

“Wangi banget memeknya Neng, Mmm nyam-mm…cep-cep, Muach…Cuup, Aaaaaaah akhirnya kesampean ngemut dodol impian”.

Selesai ocehan, Pak Khoir melanjuti jilatan di bibir vagina, naik-turun-naik bagai tukang bangunan mengayun kuasnya. Olivia mendesis desah dibuat lidah kesat itu, lantaran menggelitik dan mencelup bagian terdalam liang. Pinggul indahnya terangkat, buat wajah Pak Khoir si pengemut kian terbenam. Adegan itu di-abadikan di HP, kamera di-focus ke prosesi jilmek. Hingga terlihat detail vagina yang di tumbuhi bulu-bulu halus tipis, menandakan bahwa Olivia masih remaja dan beruntunglah pria yang mencicipinya. Tak tahan dengan geliat tubuh polos Olivia, Pak Khoir berlutut di jok. Mendekatkan penis gemuknya yang menyembul dari lubang reseleting celana ke vagina Olivia. Olivia sama sekali tidak protes maupun berontak karena masih di bawah pengaruh hipnotis.

“Tuntun peler Bapak, ayo !” suruh Pak Khoir, merasa kerepotan karena tangan satunya memegang HP rekam adegan.

Tangan Olivia meraih batang gemuk menjijikkan di depannya, batang itu berkedut disentuh tangan selembut sutra. Pak Khoir merentang bibir kemaluan dengan sisa tangan. Batangnya berusaha menerobos masuk, sulit karena ukuran XL ke vagina yang size-nya SS. Pak Khoir melumuri kepala penis dengan ludah, agar penetrasi berjalan lancar. Dua lenguhan pun terdengar, hasil dari vagina yang terbelah. Pak Khoir memberikan HP ke Olivia agar ia yang mengshot persetubuhan. Kedua tangan gempalnya kini bebas menangkap betis untuk direntang sejauh mungkin seperti huruf V. Sementara Olivia megap-megap mem-focus pelebaran liangnya sendiri. Hanya bisa mengiba melalui tatapan yang bermakna agar penis jangan dipaksa masuk semua karena tubuh serasa dibelah dua. Olivia meringis meski di bawah pengaruh hipnotis, Pak Khoir bernafsu terus menjejalkan penis. Ia merasa penuh saat seluruh batang menancap ketat, wajah orang tua itu langsung ‘bego !’ keenakan.

“Ooooohh…liat ! Memek, artis, emang…bedakh !” celotehnya.

Tanpa memberi kesempatan bagi Olivia untuk menyesuaikan diri lebih lama, Pak Khoir bergerak brutal mencari ejakulasi. Desahan Olivia seirama dengan hentakan-hentakan di tubuh mungilnya. Pak Khoir turun dari berlutut, berdiri tegak di lantai mobil. Kepalanya tidak terantuk atap karena tinggi badan semampai (se-meter tak sampai). Dengan posisi ini, pantat Olivia terangkat. Telapak tangan Olivia menggebrak-gebrak jok, memelas pada kenikmatan yang dihantar melalui sodokan. Liang berlendir meramaikan penetrasi berbunyi kecipak. Pinggul Olivia bergoyang menyambut sodokan, mengaduk liangnya sendiri. Pria setua Pak Khoir tak tahan melihat keindahan liuk tubuh dihadapannya, ditambah jepitan legit memek yang mengocok batang. Wajah mereka berdua kian memerah, menanti ledakan di bagian bawah. Pak Khoir lebih dulu kalah, angkat tangan pada memek enak Olivia. Dia menggemeratakan giginya dan menggeram bagai kerbau jantan, CROOT !!. Olivia merasa ngilu di liang, akibat sperma yang menembak kencang. Ia menyusul orgasme selang berapa detik, tubuhnya menggigil, menggigit jari telunjuk di tangan yang merengkuh HP. Tubuh mereka merapat menikmati klimaks, peluh bercucuran melekat jadi satu.

Pak Khoir mencabut penis setelah dirasa tak ada lagi mani yang keluar. Senyum penuh kepuasan tergores di wajahnya. Merebut kembali HP untuk memfocus vagina yang porak poranda belepotan sperma, terakhir meng-shot wajah sayu kemayu Olivia. Sekiranya cukup, ia memerintah Olivia untuk kembali berpakaian. Dia pun berbuat sama, lalu pindah ke depan. Mengemudikan mobil kembali ke muka Apartemen, meng-aktifkan HP Olivia dan membaca mantra pengembali kesadaran. Bola mata Olivia yang tadinya kaku bagai boneka, kini mulai bergeser. Ia merasa aneh pada keadaan tubuh, linu… dan berkeringat ? lantas meregang…

“Hem.Aaaaaah, lho ? ngapain saya disini ? kok Oliv bisa ada disini Pak ?” tanya Olivia setelah kesadaran berangsur pulih. Pak Khoir tersenyum tanpa dosa dan berkata.

“Neng kan minta dianter kesini, Kuningan Tower…lupa ya ketiduran ?”.

“Kuningan…? Kuning”, TINUUTT !! HP menyala, ada sebuah SMS pending karena tadi HPnya mati.

Mata Olivia terbelalak membaca pesan, ‘Olivia lu dimana ? Pak Irsyad udah nunggu dari tadi ! mau kena penalty ?’, begitu isi pesan berupa ancaman itu. Olivia panik buru-buru keluar mobil. Pak Khoir tertawa menang di dalam mobil menuju parkiran, yang pasti dia puas merasakan vagina Olivia meski baru sekali.

Olivia menekan tombol di pintu lift seperti orang ling-lung. Disela kepanikan, ia merasa ada sesuatu di selangkangan yang buatnya tak nyaman, sesuatu berupa cairan. Ia berfikir, apakah mens di luar jadwal ? Mungkin saja sebagai wanita mengalami hal itu. Lantas ia mampir ke kamar mandi untuk cek ‘n ricek.

(Sperma ?!. Sperma siapa…?), arti pandangan mata Olivia ke vaginanya.

Sedang ia merasa belum bersetubuh, dari tadi seharian di jalan sama Pak Khoir. Tapi…? kok bisa…?. Bingung dan paniknya terpotong panggilan masuk HP.

“Iya Mbak maaf…aku lagi di kamer mandi sakit peruut, maaf !”, Olivia meneteskan air mata karena orang yang menelponnya seakan tak mau mengerti, terus merocos dengan kata-kata menyakitkan hati. Olivia melipat HP setelah omelan reda, buru-buru meraih sabun kewanitaan untuk bilas bersih vagina. Lalu pergi ke kamar dimana ada pejabat yang sudah mem-bookingnya.

|||||||||#|||||||||

# MORE AND MORE

Pak Khoir ketagihan, pulang dari situ kembali mengerjai Olivia tahu majikan tak ada di rumah pergi keluar negeri. Setelah mobil masuk garasi, pembantu balik ke kamar, bahu Olivia ditepuk sebelum masuk kamar, langsung digarap di tempat. Untuk yang kedua kali Olivia terbangun dengan mani belepotan di memek. Kali ini parahnya di kamar sendiri, sprei acak-acakan, aroma persetubuhan menyengat. Ia semakin bertanda tanya, tak mengerti apa yang terjadi. Seandainya Olivia tahu, tadi ia ditindih supirnya sendiri. Ditumbuk gila-gilaan, dikentot habis-habisan secara brutal dan membabi buta. Sedikit demi sedikit, Olivia curiga dengan Pak Khoir, satu-satunya pria di rumah. Sayang tak punya bukti cukup untuk menuding. Pak Khoir tertawa gila di belakang, tahu Olivia curiga namun tak bisa tunjuk hidung. Meski tak menjamin bukti dapat menolong, masih ada hal lain. Pak Khoir semakin lancang mengerjai Olivia. Suatu ketika Olivia lagi nonton tv di ruang tamu. Pembantu belanja, ortunya pergi bisnis keluar kota. Pak Khoir menghampiri ikut nonton duduk bersimpuh di lantai. Saat Olivia hendak balik ke kamar, ia beraksi kembali dengan hipnotis. Pakaian Olivia dilucuti hingga bugil, mengajak ber-doggy style di sofa, lampiaskan seluruh nafsu yang ada. Sampai puas muncrat, barulah dia mengucap mantra dan keluar mematai lewat jendela. Olivia kembali bingung, lagi dan lagi terbangun bugil dengan tubuh mandi keringat dan vagina menganga penuh sperma, tawa Pak Khoir pun membahana di belakang Olivia.

***

Di kamar, Olivia merenungi semua keanehan yang terjadi. Ia yakin bahwa Pak Khoir-lah dalang kejahatan seks, pemilik sperma yang selalu menggenangi kewanitaannya. Setiap kejadian pasti ada dia, dan terjadi saat rumah sepi atau berduaan dimanapun. Olivia memutar otak, bagaimana cara agar masalah terpecahkan. Ia pun menyiapkan sebuah alat, perangkat untuk merekam. Pergi berendam air hangat di bath tub sejenak untuk hilangkan noda dan penat tubuh, lantas turun ke bawah memancing tertuduh. Mata Olivia terbelalak, kaget melihat pria tua yang dicarinya sedang menghirup celdam yang tak lain adalah miliknya. Tadi memang saat ia lari ke kamar tanpa celdam, tapi… bagaimana bisa ada di Pak Khoir ?.

“Pak, jangan Pak ! kesiniin itu !” pinta Olivia malu, pipi merona melihat celdam miliknya dicium orang.

“Oo, ini punya Neng Oliv yah ?”, tua bangka itu sengaja bertanya dengan mimik mesum.

“Bu-bukan…punya..Mamah…”.

“Oo, punya Nyonya…saya kira punya siapa, kok baunya kenal hehe”, Pak Khoir lancang, berkata itu sambil menatap sekitar kemaluan Olivia.

“Ngaco ah Pak…”, Olivia membalik badan, jalan cepat ke kamarnya di atas.

Tepat di depan pintu kamar, Pak Khoir memulai aksi tepuk bahu. Seperti biasa, Olivia menoleh dan terhipnotis. Merasa Olivia telah kena, dengan santai melucuti celana pendek ketat berikut celdamnya. Ia menempelkan hidung peseknya ke vagina Olivia.

“Hhmmhhh…nah kan apa Bapak bilang, baunya kenal Ji hie heh heh. Hmmhh Cuup cup Nyam.emmMuach…leeph, Shrrrp !”. Pak Khoir langsung menjilat rakus memek Olivia, dilanjut dengan standing penetration.

Olivia disandarkan ke pintu kamar, digenjot berhadap-hadapan. Hingga bunyi grasak grusuk pintu terdengar rusuh. Terutama saat menyodok keras, suara benturan antara pantat Olivia dengan pintu ‘Plok-plok-plok-plok !’, terdengar menggairahkan bagai musik di telinga. Memberikan efek positif bagi Pak Khoir semakin kesurupan ngentot. Kenikmatan pun harus berakhir ketika mani tersembur keluar. Pak Khoir menjejalkan penis dalam-dalam sampai Olivia mencakar pundaknya, Olivia kelojotan liang sempitnya dipaksa menelan batang gemuk yang lagi enak muncrat-muncrat cairan kental. Pak Khoir menikmati itu sambil menatap wajah cantik Indo Olivia, menambah lezat ejakulasinya.

# OVER AND OVER AGAIN

Puas dan berhenti sampai situ ? tentu tidak bagi penyuka vagina gadis muda macam Pak Khoir, pria berumur tanpa Istri. Ia menggiring Olivia masuk ke dalam. Memerintahkan Olivia nungging di pinggir ranjang, lalu menampari pantatnya hingga pantat putih salju itu bilur-bilur kemerahan. Plaak !!, Plaakk !!, Plakk !!, Plak !!. Penis kembali konak, Pak Khoir segera menempatkan diri di belakang men-doggy Olivia. Adegan itu terekam, di-record oleh laptop yang dinyalakan Olivia sebelumnya. Laptop yang ada di meja rias tepat disamping mereka. Setelah menggarap dan keluar sebanyak 2 kali lagi, baru Pak Khoir puas. Meninggalkan Olivia yang nungging di pinggir ranjang dengan memek penuh peju. Tamparan kecil di pantat sebagai salam perpisahan bagi Olivia yang mengatakan bahwa memeknya enak. Di pintu, Pak Khoir mengucap mantra sebelum berlalu pergi. Olivia tersadar dalam keadaan nungging, telanjang bulat serta vagina penuh sperma.

Ia bangun melihat keadaan diri, (Ada apa dengan diri ini…? Apa yang baru saja terjadi ?), batinnya, seraya menggeleng kepala. (TIDAAAAAAAAAKKK…!!!).

***

Olivia keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri tak lama. Pikirannya terus ter-ngiang-ngiang pada keganjilan yang terjadi di rumah, khususnya pada dirinya. Ia melihat laptop masih menyala saat mengeringkan rambut. Waktu menggoyang mouse, ternyata record masih berjalan, dan ada peringatan bahwa free space tinggal sedikit. Olivia cepat-cepat menyetop, lalu memutar apa yang direkam karena lupa. BRAAK !!, Hair dryer jatuh terlepas. Olivia melihat dirinya disetubuhi supirnya, Pak Khoir. Ia menonton adegan demi adegan dengan rasa tak percaya. Melihat dirinya patuh, menikmati tubuhnya dimasuki berulang kali. Ditindih, digendong, disodok dengan berbagai macam gaya dan cara yang parahnya di kamar tidur pribadi.

(Ga Mungkin…!!! GA MUNGKIIIIIIIIIIIIIIINNN !!!), Olivia berteriak dalam hati seraya menggeleng kepala dan menjambak rambutnya.

***

Masih memakai kimono duduk di tempat tidur. Olivia berteriak, “Pak Khoiiir…sini !”, panggilnya ber-nada keras.

“Ya Neng…” sahut Pak Khoir, bergegas menaiki anak tangga. Sesampainya, dia melihat wajah Olivia seperti ingin membahas masalah diantara mereka. Pak Khoir hanya tertawa dalam hati karena sudah siap.

“Ada apa Neng ?”.

“Niih, lihat baik-baik !” bentak Olivia, memutar hasil rekaman di laptop.

Pak Khoir sedikit terperanjat melihatnya, tak menduga Olivia cukup pintar menyiapkan rekaman di kala tak sadar. Namun ia kembali tenang, malah tertawa lebar kemudian.

“Kenapa ketawa ? Bapak tahu ga apa yang Bapak lakukan ? Bapak udah ngecewain saya, terlebih melanggar hukum…bisa saya tuntut tahu ! Apalagi kalau Papi Mami tahu…bisa abis Bapak !” ujar Olivia ketus.

“Makanya kan Bapak bilang waktu itu, kancut tempo hari kaya kenal bau memeknya, ga salah dong Ji hie heh heh”.

“Bapak ga waras ya ? jadi selama ini saya disupiri sama orang gila !”.

“Tepatnya tergila-gila sama memek Neng Ji hie heh heh, lagi Neng juga suka kok Bapak ewe…tuh lihat aja di video” sahut Pak Khoir mengejek, pipi Olivia sempat merona disela kemarahan, karena hal tersebut memang benar adanya.

“Awas aku telpon Mami…” ancam Olivia.

“Sok aja Neng, sekalian kasih tahu ini juga”, Pak Khoir mengeluarkan HP-nya dari saku baju.

“Apa maksud Bapak ?”. Pak Khoir menekan sebuah tombol dan memperlihatkan layar ke Olivia.

‘Non, ngapain sih…suka ke hotel atau Apartemen pindah-pindah tiap malem ?’, suara Pak Khoir di HP, Olivia melihat di layar Pak Khoir mengajak dirinya bicara padahal ia sedang memejamkan mata seperti orang tidur.

‘Oliv dan banyak teman artis, harus melayani nafsu pejabat yang booking, karena…ada perjanjian tertulis dengan Manajemen artis kalau Oliv mau eksis di dunia acting’, Olivia kaget setengah mati mendengar dan melihat ia bicara seperti itu dengan mata terpejam.

Jantung berdegup keras, ia tak menyangka hal ini terjadi, dan bagaimana Pak Khoir bisa membuatnya buka mulut. Tambahan Pak Khoir memutar beberapa adegan yang hanya terlihat Olivia dan sebuah penis, tanpa terlihat wajah si pria, sebuah aib untuk dirinya. Tenggorokan Olivia terasa kering tak mampu berucap kata. Klik !, Pak Khoir mematikan rekaman, mendekati Olivia dengan senyum mesum penuh kemenangan, Olivia beringsut mundur di kasur.

“Naah, kalo rekaman Neng ga mau Bapak sebar ke masyarakat luas…yah, Bapak sebagai supir cuma minta pengertian Neng selaku majikan untuk memanjakan ini Ji hie heh heh”, Pak Khoir membuka reseleting dan menunjukkan penisnya.

Olivia menggeleng kepala karena sudah ada di ujung sisi ranjang, “Jangan Pak Khoiiir, jangaaan…” iba Olivia, saat Pak Khoir naik ke tempat tidur makin mendekat.

“Pok amek – amek, belalang kupu-kupu…Bapak dapet memek, Neng Oliv dapet peju, Ji hih, ji hih, ji hie heh heh heeeeh…heh heh heh heh”.

“JANGAAAAAAAAAAAAAAANNNN !!!”.

|||||||||#|||||||||

Mulai detik itu, Olivia pasrah ditiduri Pak Khoir, asal rahasia menjadi artis tenar tidak bocor. Hari itu bagai neraka bagi Olivia, dimana dia dientot gila-gilaan dalam keadaan sadar sampai pingsan. Terbangun, memeknya serasa bega (lebar), waktu dilihat penuh cairan putih kental dimana ada Pak Khoir tertidur pulas berwajah puas disisinya. Hubungan seks paksaan itu berlanjut hingga detik ini, tak heran Olivia diam tak melawan saat Pak Khoir sang supir mempecundanginya. Menjadi budak seks akibat kejahatan ilmu hipnotis, HYPNOTIZED !.

|||||||||-BUUZZZZ-|||||||||

“NNGGHH…NNGGHH…PAK KHOIIIIIIIR.AAAAAAAAHHHH…!”. Olivia orgasme oleh permainan mulut Pak Khoir.

Pinggulnya terangkat dan tubuh mengejat-ngejat, mata mendelik sisakan putih dengan pangkal paha mengapit kepala penyeruput vaginanya, Pak Khoir. Ia tertawa cekikikan meski rambut keriting tak terurusnya dijambak Olivia keras, rasa bangga mengalahkan rasa sakit. Dijilatinya semua cairan yang dicurahkan vagina. Klakson mobil dibelakang terdengar ruih karena lampu beralih hijau. Olivia yang sedang menikmati orgasme tak ambil peduli, apalagi Pak Khoir. Dua mobil yang antri dibelakang terpaksa menyalib sambil gerutu, mereka berjalan pelan membuka kaca jendela untuk memaki,

“Ijo Oi, kalo mau ngentot jangan di jalan !”, teriak salah seorang pengemudi. Olivia menutupi wajahnya agar tak terlihat.

“Ji hie heh heh, memek Neng Oliv emang enak pisaan…udah wangi, manis lagi” celoteh Pak Khoir seraya menjilat sisa-sisa cairan surga Olivia di jarinya, sama sekali mengacuhi protes pengendara mobil lainnya.

Mobil kembali melaju perlahan masuk ke sebuah tol. Olivia hanya mampu menatap sayu saat Pak Khoir menarik turun reseleting, menunjukkan batang gemuknya yang sudah siap ke tahap berikut.

“Ayo Neng diisep-isep yang enak, anggep aja es mambo” kata Pak Khoir dengan seringai mesum, menuntun kepala Olivia menuju penis.

Hidung mencium aroma tak sedap dari situ. Olivia terpaksa memberikan oral seks meski mual dirasa. Penis Pak Khoir berkedut-kedut, enak dimanja mulut Olivia. Jari tangannya menelusup ke dalam rok, mengobok-obok body berkulit mulus. Pemain film Bukan Cinta Biasa itu berdehem disela sepongan, menikmati gerayangan jari-jari gemuk.

“Ooh…cukup Neng, cukup…ntar keburu keluar, ayo naik kesini !”, Pak Khoir menunjuk penisnya.

Dengan nafas menderu karena terpancing nafsu, Olivia menurut. Tanpa malu lagi bahkan menuntun penis memasuki kewanitaannya. Pak Khoir melepas pegangan setir, merentang lebar bibir vagina. Tangan Olivia sebelah merangkul leher, sebelah mengarahkan penis.

Blees…!, Olivia merintih nikmat, liangnya terasa penuh.

Nafas Pak Khoir pun bagai orang tersedak, sesak nafas lantaran jepitan vagina super liat. Untung saat itu kendaraan yang melintas sedikit, jadi tak ada yang memperhatikan kalau mobil berjalan ajrut-ajrutan. Pak Khoir meremas pantat Olivia dan menekannya ke bawah. Batang penis pun semakin dalam tertanam, makin keraslah desahan Olivia berikut lenguhannya. Jalan mobil zig zag waktu penis menancap ketat, karena supir sedang sibuk meresapi kenikmatan dengan liur berhamburan menjijikkan.

“Ayo Neeeng.gh…digoyangkh !”.

Olivia melingkarkan tangan kebelakang leher Pak Khoir, mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Jepitan vagina beralih dari pangkal ke leher penis dengan susah payah lantaran penis gemuk. Sesampainya di atas, Olivia menumbuk ke bawah buat vaginanya kembali tersumpal batang gemuk dan mengerang.

“AANNGHH…!”.erangan itu tidak satu atau dua kali, melainkan berulang kali.

Olivia itu terjebak dalam lingkaran birahi supir pribadi. Sesekali Olivia menjerit histeris luapkan emosi, menumbukan vagina dalam-dalam. Wajah amburadul Pak Khoir tersenyum bahagia, hingusnya meleler. Olivia tak sadar, bahwa yang ia lakukan adalah menjebolkan liangnya sendiri.

“Neeng, enggh…nengok…kebelakang !”, Olivia tak mengerti apa maksud tua bangka itu, dengan sisa tenaga ia memalingkan wajah sayunya.

AAAARGH !!!, gerbang tol terlihat.

Olivia mengamuk brutal, takut adegannya kelihatan orang. Ia mengangkat pantat tinggi-tinggi, penis hampir terlepas. Pak Khoir meremas dan menekan pantat Olivia ke bawah, penis pun kembali tertanam. ZLEB !.

“NNG.AAAAAHHH !! desah Olivia keras. Ia mencakar pundak Pak Khoir, berpegangan hendak bangun mencoba kabur untuk yang kedua kali. “Mau kemana, Oookh !”, lenguh Pak Khoir, waktu penis berdiameter lebarnya kembali terselimut vagina Olivia yang legit nan sempit. Lidah Olivia terjulur keluar, larangan itu malah berbuah kenikmatan terhadapnya.

“Lepas..AAAAHH…Sssh”. Adegan itu terus terepetisi, liur dan ingus Pak Khoir semakin meleler tak karuan. Olivia tak punya pilihan, pos penjaga sudah terlihat meski mobil melaju pelan. Ia mengangkat pantat lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya, lalu dengan gerak cepat menumbuk ke bawah. Olivia melakukan itu berulang kali seraya berteriak histeris, berlaku seperti pelacur memuaskan pelanggan. Naik turun dengan gencar agar sperma keluar. Pak Khoir menyeringai di sela lenguhan berat, hajatnya buat Olivia mengerti akan tugas sebagai budak seks berhasil, ia sukses memutar balik keadaan. Majikan kecilnya menjadi budak, dia yang kacung menjadi tuan.

“CEPET PAAK...CEPET MUNCRATIN, HEH-HEH…INI VAGINA OLIV PAK, OLIV KASIIH ! VAGI.AAAAANGH…CEPET-CEPET-MUNCRAT, CEPEEEEET !!”. Olivia meracau lantaran kalut bukan main, kepalanya sesekali menoleh kebelakang, ingin tahu seberapa jauh lagi jarak mobil ke pintu tol. Penis Pak Khoir sudah demikian mengkilap akibat lendir cinta yang tercurah dari liang vagina.

“IYAH-IYAAAH, YES…YESH…AAAAHHH...HHH !!”, Olivia orgasme dan berhenti sejenak, lupa pada kewajiban. Bukan itu yang harus dia cari dan tuju, ejakulasi Pak Khoir agar terlepas dari derita birahi. Ia kembali panik dan menumbuk lagi saat terdengar bunyi pedal gas diinjak Pak Khoir, yang sebenarnya hanya untuk menakut-nakuti Olivia.

Aroma persetubuhan semakin tajam tercium hidung, wajah satu merem melek keenakan serasa terbang ke nirwana, yang satunya panik bukan main. Beberapa kali penis meleset keluar karena licinnya liang. Namun Olivia cekatan menggenggam batang tersebut, dan kembali melesakkan ke vaginanya, tentu teriring lenguhan nikmat mereka berdua.

Olivia panik, jarak kini hanya tinggal 9 meter..7 meter..5 meter, “KE.. LU.. AR…KE.. LU..AAARH !” Olivia menumbuk dalam di setiap kata, terkandung harapan ejakulasi pemerkosanya.

“HENNGKH !!!”. Pak Khoir me-rem kendaraan sambil menggeram.

CROOOOOTTT !!! CROT, CROOTT !!!, meledaklah sperma. CROT CROOOTTT !!.

Pinggul Olivia melekat ketat beradu dengan pinggul Pak Khoir, goyang berputar-putar mengaduk liangnya sendiri dan mendesah seksi. “HEEEEHHH…HEEEHHHH !”. Goyangan itu berhenti saat penis mengeluarkan tetes mani yang terakhir. Perlahan Olivia menoleh karena mendengar suara jendela mobil berderit, disamping ingin tahu keadaan dan dimana posisi mobil, apakah jauh atau dekat dengan pos pintu tol.

“Kyaaaa…!”, Olivia memalingkan wajah cepat-cepat, ia mencakar dan memukul-mukul lengan Pak Khoir meski masih lemas. Panik lantaran sempat bertukar pandang dengan pemuda tampan penjaga pintu tol, yang rupanya Pak Khoir membuka jendela tadi untuk mengembalikan kartu plus bayar uang tol.

“Kenapa Mas…?” tanya Pak Khoir dengan wajah tak berdosa kepada si penjaga tol.

“A-anu…ga-ga boleh khan…du-duduk berdua…di depan ?”.

“Oo, ini…anak saya lagi sakit, jadi lagi manja-manjanya *Plak !* Ji hie heh heh” jelas Pak Khoir sambil mengusap rambut Olivia serasa anak, dan menampar kecil pantatnya.

Si penjaga tol hanya mengangguk dengan wajah tak percaya. Mana mungkin anak gadis berkulit putih salju serta rambut pirang kemerahan bagai orang Eropa, punya Ayah buruk rupa gemuk tak terawat ? Apalagi tadi dia sempat melihat si anak gadis cantik bagai dewi turun dari khayangan. Hil ya mustahal. Mobil berjalan, melibas debu-debu yang beterbangan, hilang dalam gelap dan keheningan malam. Gelapnya kehidupan artis di balik topeng ketenaran, sembunyi dalam kemunafikan. Behind the Mask of Celebrity…
Poskan Komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar